Pemerintah Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim) melaksanakan Gerakan Berantas Stunting serentak di 21 puskesmas yang terdapat di 17 kecamatan. Hal itu dalam rangka percepatan penurunan stunting melalui pemberian telur dan susu.
BACA JUGA: Jelang Nataru, BBPOM Cek Pangan di Swalayan
“Sejak tahun 2019 sampai sekarang Kabupaten Kotim telah ditetapkan oleh Pemerintah Pusat sebagai salah satu Kabupaten lokasi khusu (lokus) untuk penanganan kasus stunting. Dan sejak saat itu pula penanganan stunting menjadi salah satu prioritas daerah di Kabupaten Kotim,” jelas Bupati Kotim, Halikinnor, Rabu (13/12/2023).
BACA JUGA: Deklarasi Damai Pemilu, Hindari Fitnah dan Hoax
Halikinnor menyampaikan, saat ini berdasarkan data dari Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) dari Kementerian Kesehatan RI angka prevalensi stunting di Kabupaten Kotim pada tahun 2022 sebesar 27,9 persen menurun 4,6 persen dari tahun 2021 yang sebesar 32,5 persen.
Lanjutnya, sedangkan mengacu kepada data Elektronik Pencatatan Dan Pelaporan Gizi Berbasis Masyarakat (E-PPGBM) dari Dinas Kesehatan (Dinkes) Kotim, data prevalensi stunting di Kabupaten Kotim pada tahun 2022 sebesar 22,6 persen.
“Maka dari itu upaya penurunan angka stunting di Kabupaten Kotim masih harus ditingkatkan agar target penurunan stunting yang telah ditetapkan oleh pemerintah pusat sebesar 14 persen pada tahun 2024 dapat tercapai,” harapnya.
Halikinnor menjelaskan, salah satu dari upaya pencegahan dan penurunan stunting yang dilaksanakan oleh Pemkab Kotim adalah melalui gerakan berantas stunting yaitu gerakan berkunjung ke lokasi anak yang stunting dengan memberikan secara langsung susu dan telur serta mengawal pelaksanaan pemberian ini setiap hari selama minimal tiga bulan ke depan dan diberikan kepada anak balita stunting sesuai kategori umurnya.
Sementara itu, Kepala Dinkes Kotim, Umar Kaderi menyebutkan untuk jumlah susu sebanyak 95.000 kotak dan telur sebanyak 195.000 butir, dengan jumlah sasaran sebanyak 2.163 anak.
“Untuk pembagian susu dan telur nya untuk anak umur 6-11 bulan itu 1 telur, untuk anak umur 12-24 bulan itu 1 telur dan 1 kotak susu, dan untuk anak umur 25-59 bulan itu 1 telur dan 2 kotak susu, dan pembagian setiap hari selama 3 bulan kedepan,” jelas Umar.
Dirinya menjelaskan kegiatan yang dicanangkan oleh Bupati Kotim hari ini adalah semacam stimulus bagi Kabupaten Kotim untuk memotivasi bagi perusahaan, perbankan, dan pihak-pihak swasta agar bisa membantu untuk penurunan stunting di Kotim.
“Sehingga apa yang dicanangkan oleh Bupati kita bisa diikuti oleh pihak perusahan, perbankan maupun pihak swasta lainnya. Artinya sama-sama mengurangi angka stunting dengan bantuan susu dan telur,” ungkapnya.
Ia juga mengatakan, pada tahun 2018 Kabupaten Kotim sempat menjadi peringkat 1 se-Kalteng untuk angka stunting, dengan kerjasama yang dilakukan oleh semua pihak yang ada di Kabupaten Kotim, pada 2023 angka stunting Kotim menurun hal itu menjadikan Kotim di peringkat 8.
“Posisi kita memang pada 2018 hasil survei itu nomor 1 di Kalteng, dan Alhamdulillah saat ini kita di nomor 8. Artinya memang angka penurunan stunting setiap tahun itu ada, dan untuk beberapa tahun ini kita dalan program-program maupun kegiatan yang ada di OPD dalam penanganan stunting menjadi nomor 1 di Kalteng dalam beberapa tahun terakhir ini,” tutupnya. (pri)