PALANGKA RAYA – Divisi Teknologi Proses, Departemen Teknologi Industri Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor bersama Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) menggelar Workshop di Kota Palangka Raya, Selasa (28/11/2023).
BACA JUGA: 1.024 Personel Siap Amankan Tahapan Kampanye
Workshop yang digelar disalah satu hotel itu mengangkat tema Karbonisasi Tandan Kosong Kelapa Sawit dan Pemanfaatannya sebagai Pupuk Organik untuk Subtitusi Pupuk Kimia pada Perkebunan Kelapa Sawit.
BACA JUGA: Gagal Nikah, Uang Mahar Dibawa Kabur Calon Istri
Kepala Divisi Teknologi Proses, Program Studi Teknik Industri Pertanian, IPB University, Prof. Dr. Erliza Hambali, dalam konferensi pers mengatakan, bahwa saat ini luas area perkebunan sawit hampir menyentuh angka 16 juta hektare dengan produksi tandan kosong (tankos) kelapa sawit sekitar 47 juta ton.
BACA JUGA: Kejati Kalteng dan Kejagung Geledah Kementerian ESDM
Berdasarkan data proyeksi pada tahun 2050 akan dihasilkan tandan kosong kelapa sawit sekitar 103 juta ton. Olehnya, tankos kelapa sawit yang berlimpah ini perlu diolah menjadi produk yang memiliki nilai tambah yang lebih tinggi.
BACA JUGA: Curi Sertifikat Tanah, Karyawan PT WUL Dibekuk Polisi
Tankos kelapa sawit sendiri, urainya, dihasilkan pada proses pengolahan tandan buah segar sawit menjadi CPO. Jumlah tankos yang dihasilkan pada proses pengolahan sekitar 21 persen dari berat tandan buah segar sawit yang diolah.
“Saat ini pemanfaatan tankos kelapa sawit, baik oleh pabrik kelapa sawit (PKS) ataupun petani swadaya masih sangat terbatas. Secara komersial pemanfaatannya saat ini adalah untuk kompos, mulsa, dan pengerasan jalan-jalan di perkebunan,” sebutnya.
Sebagian besar tankos masih ditimbun (open dumping) atau dibakar di incinerator. Oleh sebab itu, perlu dicari upaya pemanfaatannya yang lebih bernilai tambah tinggi.
“Salah satu pemanfaatan tankos yang bernilai tambah adalah dengan mengolahnya melalui proses karbonisasi dan memanfaatkannya sebagai soil conditioner untuk meningkatkan kesuburan tanah dan efisiensi pemupukan pada perkebunan kelapa sawit,” terangnya.
Berdasarkan hasil analisis budidaya perkebunan kelapa sawit, sekitar 80 persen biaya operasional perkebunan kelapa sawit adalah biaya pemupukan tanaman sawit. Saat ini hampir 100 persen pupuk yang digunakan untuk perkebunan kelapa sawit adalah pupuk kimia.
“Oleh sebab itu perlu dilakukan upaya untuk mengurangi penggunaan pupuk kimia pada perkebunan kelapa sawit. Penggunaan pupuk kimia di perkebunan kelapa sawit selain harganya yang mahal, kadang-kadang juga terbatas ketersediaanya dan juga dapat berdampak negatif dalam jangka panjang pada kesuburan tanah di lahan perkebunan kelapa sawit,” jelasnya.
Kunci keberhasilan peningkatan produktivitas tanaman kelapa sawit adalah kegiatan pemupukan. Pada tanaman sawit kebutuhan pupuk untuk setiap umur tanaman sawit berbeda-beda. Kelompok tanaman menghasilkan (TM) memerlukan dosis pupuk sekitar 2–4 kg per pohon dengan jumlah pemupukan 2 kali dalam 1 tahun.
Bila diasumsikan 1 hektare kebun sawit dengan jumlah tanaman 143 pohon per hektare dengan kebutuhan pupuk sekitar 858 kg/Ha/tahun. Dengan luas perkebunan sawit Indonesia pada tahun 2022 adalah 15,38 juta Ha, maka kebutuhan pupuk untuk perkebunan sawit Indonesia diperkirakan sekitar 13 juta ton/tahun. Angka tersebut tergolong tingg, oleh sebab itu, perlu dilakukan upaya untuk menurunkan biaya pemupukan perkebunan sawit, agar biaya budidaya perkebunan sawit semakin efisien.
Sementara itu, Head of Research & Development, PT Bumitama Gunajaya Agro (BGA), Adhy Ardiyanto, SP., M.Si, menyampaikan bahwa penggunaan Biochar tankos kelapa sawit sebagai Soil Condtioner, dapat mengurangi biaya pemupukan di lahan sawit milik PT BGA sebesar 20 persen. Jumlah ini sangat signifikan, mengingat 80 persen dari biaya perkebunan sawit adalah dari komponen biaya pemupukan.
Di tempat yang sama, Kepala Divisi Program Pelayanan BPDPKS, Arfie Thahar, mengatakan tujuan workshop untuk mendorong proses karbonisasi tandan kosong kelapa sawit yang tepat dan efisien, memberikan informasi karakteristik dan potensi Biochar tandan kosong kelapa sawit sebagai Soil Conditioner untuk meningkatkan efisiensi pemupukan dan kesuburan tanah pada perkebunan sawit.
Juga memberikan informasi terkait peluang dalam penurunan penggunaan pupuk kimia. Dimana juga memberikan gambaran manfaat ekonomi, sosial, dan lingkungan terhadap pemanfaatan Biochar tandan kosong kelapa sawit, serta memberikan gambaran estimasi penurunan emisi CO2 melalui efisiensi penggunaan pupuk kimia dengan Biochar.
“Juga diharapkan dapat menambah wawasan bagi petani kelapa sawit dan pabrik CPO terkait potensi dan manfaat Biochar dari tankos kelapa sawit,” pungkasnya.
Diketahui, sponsor utama kegiatan workshop ini adalah BPDPKS. Dan, didukung oleh Universitas Palangka Raya (UPR), PT BGA dan GAPKI Kalimantan Tengah. (cen)