DIBALIK perkembangan mobil listrik ada salah satu nama yang berjasa untuk mempopulerkanya yaitu Elon Musk. Musk sendiri dikenal sebagai inovator yang berpengaruh di ekonomi global berkat terobosan-terobosan baru, ia berperan mempopulerkan mobil listrik setelah memimpin Tesla sejak 2008 hingga 2022.
Industri otomotif saat ini memang kompleks. Ribuan part dalam satu kendaraan konvensional akan berubah menjadi hanya ratusan atau puluhan part dalam satu mobil listrik tentu harus dibarengi perubahan mindset pelaku industrinya. Tanpa perubahan yang masive rasanya berat buat pelaku industri otomotif konvensional untuk bersaing dengan industri mobil listrik yg sudah lebih dulu mapan.
Saat ini saja lebih dari 14 negara dan 20 kota akan melarang penjualan mobil berbahan bakar fosil (bensin/solar). Salah satunya Norwegia menetapkan pelarangan itu mulai 2025, sedangkan Indoneisa sendiri Dilansir dari Kementerian Perindustrian, dalam Rencana Pengembangan Industri Nasional (RIPIN) baru memprioritas pengembangan industri otomotif pada periode 2020 – 2035 adalah pengembangan kendaraan listrik beserta komponen utamanya seperti baterai, motor listrik, dan inverter.
Mobil listrik ini memang lebih baik dibandingkan dengan mobil bermesin konvensional Masuknya kendaraan listrik ke Indonesia juga didukung dengan adanya infrastuktur penunjang lainnya. Salah satunya adalah keberadaan ratusan Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU) yang sudah tersebar di berbagai lokasi di Indonesia, Kalimantan Tengah (Kalteng) menjadi salah satunya.
Perusahaan Listrik Negara Unit Induk Kalimantan tengah baru meluncurkan SPKLU di Jalan Ahmad Yani atau di depan Kantor PLN Kota Palangkaraya dan SPKLU di Kota Palangkaraya ini menjadi stasiun pengisian mobil listrik pertama yang dibangun di provinsi ini.
Jika dilihat mobil listrik memiliki jarak tempuhnya terbatas yang membuat mobil listrik tidak bisa digunakan untuk jarak jauh. Jika digunakan jarak jauh, pemilik mobil listrik akan khawatir dengan baterai mobil listrik, sebab pengisian baterai mobil listrik masih sedikit dan pola pikir masyarakat kita yang tak mau ribet menunggu untuk mencharge mobil juga menjadi salah satu pertimbangan kenapa mobil listrik belum bisa menyaingi mobil konvesinal, mahalnya harga mobil listrik juga sulitnya mencari spare part inilah yang membuat kenapa di jalanan sekarang masih sangat sedikit kita melihat mobil jenis ini berkeliaran di daerah Kalteng.
Masyarakat Kalteng juga perlu adanya edukasi tentang mobil listrik, karena masih banyak masyarakat yang khawatir tentang ketahanan dari baterai dan komponen-komponen kelistrikannya dan salah satu upaya pemerintah untuk menarik konsumen mobil listrik yaitu telah menyiapkan fitur Charge.in di aplikasi PLN Mobile sebagai alat monitoring dan pembayaran elektronik untuk Charging Station SPKLU.
Bahkan untuk memanjakan pengguna kendaraan listrik, PLN telah menyiapkan fasilitas Home Charging dengan memberikan diskon 30% untuk pengisian Kendaraan Listrik di rumah dari pukul 22.00 – 05.00, diharapkan dengan kehadiran produsen produsen mobil listrik baru dan subsidi yang telah diberikan pemerintah lebih mempermudah Transformasi Mobil konvesional menjadi Mobil berbasis listrik di Kalimantan Tengah.
Sebetulnya saya sendiri pro dengan keberadaan mobil listrik, karena paling irit dan sesuai dan bisa dibawa kemana saja, namun kita tidak bisa pungkiri bahwa pemerataan serta infrastruktur pendukung mobil listrik masih dalam perkembangan oleh pemerintah oleh karena itu kita harus tetap mendukung upaya pemerintah untuk mempercepat dalam pembangunan ekosistem kendaraan listrik di Indonesia. Salah satunya mendukung payung hukum yang telah di buat oleh pemerintah, membayar pajak daerah dan mendukung pemerintah dalam pembangunan Charging Station SPKLU diharapkan dengan pembangunan tersebut semua masyarakat bisa mengunkan kendaraan listrik dan menciptakan lingkungan yang lebih baik.(*)
Penulis: Mahasiswa IAIN Palangkaraya, Muhammad Ighfar Dwi Yahya.