TAMIANG LAYANG – Merasa kecewa akibat aspirasi tidak diakomodir oleh Pemerintah Kabupaten Barito Timur. Warga Desa Matabu Kecamatan Dusun Timur memasang baliho di sekitar rumah jabatan bupati.
Dalam baliho tersebut bertuliskan “JANGAN HANYA RUJAB BUPATI BARITO TIMUR YANG DIASPAL, KAMI JUGA BUTUH JALAN YANG BAGUS APALAGI JALAN MENUJU KANTOR PAJAK”.
Kekecewaan warga memuncak ketika adanya proyek pengaspalan di lingkungan rumah jabatan Bupati Barito Timur. Sementara jalan yang diminta warga untuk dilakukan pengaspalan yakni di Jalan Baruh Rintis samping rumah jabatan Bupati Barito Timur tak kunjung diaspal.
Kepala Desa Matabu, Juni Setiawan, saat dikonfirmasi mengakui bahwa baliho itu dipasang oleh sejumlah warganya yang kesal karena sudah lama menunggu pemerintah daerah melalui dinas teknisnya melakukan penganggaran untuk Jalan Baru Rintis agar dilakukan peningkatan jalan berupa pengaspalan.
“Pada musrenbang kecamatan sudah disampaikan ada anggarannya untuk pengaspalan jalan tersebut, tahun ini dengan nilai sekitar Rp 1,9 miliar. Tapi sampai saat ini tidak ada pelaksanaannya. Bahkan ada informasi bahwa anggaran untuk pengaspalan Jalan Baruh Rintis telah dialihkan untuk pekerjaan proyek lain, sehingga batal di aspal pada tahun 2024,” ungkapnya kepada awak media, Selasa, (06/08) kemarin.
Dijelaskannya, kekesalan warga semakin memuncak saat jalan di kompleks rumah jabatan Bupati Barito Timur tiba-tiba diaspal, sedangkan Jalan Baruh Rintis yang merupakan akses masyarakat untuk membayar pajak ke Kantor Bapenda dan Samsat justru dibiarkan dalam kondisi rusak dan menimbulkan genangan saat hujan selama bertahun-tahun.
“Warga merasa dilecehkan, karena tiba-tiba yang diaspal rujab. Akhirnya karena puncak kekesalan itu warga memasang baliho sebagai bentuk protes,” timpalnya.
Juni juga menegaskan, warga menuntut jalan tersebut harus diaspal tahun ini, karena sebelumnya sudah dianggarkan. Kades sendiri menolak jika perbaikan jalan itu dilakukan dengan hanya menimbun lapis pondasi agregat Kelas A atau LPA, tanpa diaspal.
“Kalau ditimbun LPA akan menimbulkan debu, mending tidak usah sekalian kalau tidak jadi diaspal,” ucapnya dengan nada kecewa.
Kades Matabu mengatakan, dalam beberapa hari kedepan jika tidak direalisasikan pengaspalan jalan ini warga merencanakan kembali mengadakan protes hingga menutup akses jalan sehingga tidak bisa dilewati.
“Rencananya seperti itu yang disampaikan warga kepada saya tadi,” pungkasnya. (ell/cen)