fbpx

Virus ASF Penyebab Kematian Hewan Ternak

Virus
Kabid Peternakan dan Kesehatan Hewan Dinas TPHP Provinsi Kalteng, Muhajirin Akbar. FOTO: IFA/PE

PALANGKA RAYA – Adanya kasus hewan ternak mendadak mati di wilayah Kabupaten Kapuas diduga lantaran terjangkit virus african swine fever (ASF) dari famili asfarviridae atau penyakit pada babi.

BACA JUGA: KDRT, Oknum Advokat Dilaporkan Dipolisikan Istri

Hal tersebut disampaikan Kepala Bidang (Kabid) Peternakan dan Kesehatan Hewan Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan Peternakan (TPHP) Provinsi Kalteng, Muhajirin Akbar.

Ia menyampaikan, virus ASF bermula dari lalu lintas Kalimantan Selatan (Kalsel) ke Kalteng. Karena itu, Kabupaten Kapuas dan Barito Timur (Bartim) mengalami kasus kematian pada hewan ternak. Mengingat, dua wilayah tersebut merupakan perbatasan antar dua provinsi tersebut.

“Sebaiknya ternak yang masuk ke daerah kita dari luar harus ada surat keterangan kesehatan hewan (SKKH),” ujarnya saat ditemui secara langsung di ruang kerjanya.

Ia menyayangkan, fakta dilapangan yang terjadi mengenai pergerakan di lapangan khususnya masuknya hewan ternak dari luar daerah tidak terpantau sepenuhnya. Oleh sebab itu, setiap kabupaten diharapkan untuk mengaktifkan check point, terutama daerah rawan terhadap lalu lintas ternak. Mengingat, virus ASF belum tersedia vaksinnya.

“Check point idealnya ada di kabupaten perbatasan antar provinsi, agar keluar masuk ternak dapat terkontrol, ternak yang masuk tidak membawa penyakit,” ucapnya.

Sementara itu, Dokter Hewan Dinas TPHP Provinsi Kalteng, Drh. Herman Susilo, mengatakan pihaknya tengah menunggu konfirmasi, karena penyakit hewan harus melalui uji lab terlebih dahulu.

Ia menerangkan, berdasarkan laporan yang masuk adalah wilayah Barito Timur dan Kabupaten Kapuas, Avian Influenza (AI) yang bersumber dari Kalsel. Sebab, Bartim dan Kapuas merupakan pintu masuk dari perbatasan Kalsel, ditambah check point tidak aktif pada wilayah tersebut.

“Otomatis daerah yang rentan terkena itu adalah Kapuas dan Bartim dan sudah terjadi. Sekarang sepertinya virusnya sudah berubah dan bermutasi, sehingga vaksin yang lama sudah tidak mempan lagi,” terangnya.

Ia mengungkapkan, terdapat adanya laporan 15 ekor kasus kematian babi yaitu tanggal empat sebanyak tujuh ekor dan tanggal lima sebanyak delapan ekor babi di Sei Hanyu Mandau Talawang, Kabupaten Kapuas.

Sementara itu, kasus diperkirakan oleh virus ASF yang pernah terjadi sejak dua tahun lalu dengan gejala bintik-bintik merah. Dimana, virus tersebut diakuinya sangat mematikan.

“Permasalahannya, ketika masyarakat membuang bangkai babi ke sungai, karena tidak ingin mengubur, seluruh bantaran sungai yang dilewati oleh babi tersebut pasti akan terkena, karena minumnya rata-rata dari air sungai itu,” imbuhnya.

Ia mengatakan, selain ASF pada babi. Terdapat pula penyakit Avian Influenza (AI) yang menyerang unggas ayam dan itik pada wilayah Bartim sebanyak 1.570 ekor yang tersebar pada empat kecamatan. Dengan ciri-ciri gejala kehilangan kemampuan menoleh dan bintik-bintik merah di tubuh unggas.

Lebih lanjut, ia mengimbau kepada peternak yang mengalami gejala yang disebutkan, langkah yang perlu dilakukan agar mematikan sumber virusnya yakni dengan melakukan pengandangan pada hewan ternak, kemudian semprot disinfektan. Dapat digunakan dengan bahan yang tersedia di rumah seperti detergen atau pencuci piring.

“Dilarang memperbolehkan manusia memasuki kandang hewan ternak jika ditemukan gejala tadi, sebenarnya hal ini masih mampu ditangani oleh peternak. Selama hal tersebut dilakukan dan ditaati, dijamin akan aman saja,” tandasnya. (ifa/cen)

Writer: KaltengokeEditor: Admin2