fbpx

Palangka Raya tak Masuk 10 Besar Inflasi Tertinggi 

inflasi

PALANGKA RAYA-Inflasi dikhawatirkan terjadi saat sebelum dan sesudah Bulan Suci Ramadan, namun tidak berlaku di  Kota Palangka Raya. Hal itu diketahui setelah Pj Wali Kota Palangka Raya, Hera Nugrahayu mengikuti rapat secara virtual bersama Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri), Senin (22/4).

Meski demikian terdapat beberapa komoditas yang saat ini harga jualnya masih terus ditekan.

“Kota Palangka Raya tidak masuk dalam 10 besar, daerah dengan inflasi tertinggi,” kata Hera usai rapat virtual.

Dia menambahkan, dalam rapat tersebut juga dipaparkan apa saja upaya yang harus dilakukan pemerintah daerah.

Hal itu pula yang kedepan akan menjadi acuan bagi Pemerintah Kota Palangka Raya untuk mengambil kebijakan strategis dalam mencegah terjadinya inflasi. Salah satunya, mencermati beberapa komoditas yang harga jualnya dinilai masih belum stabil.

“Meski Palangka Raya tidak masuk daerah dengan inflasi tinggi, namun tetap harus kita cermati kondisi yang berkembang. Karena masih ada komoditas yang memang perlu kita tekan terus harganya,” ujar Hera.

Hera menegaskan, sejauh ini pihaknya melalui Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) terus berupaya menekan laju inflasi. Terlebih ketika memasuki Bulan Suci Ramadan dan Idul Fitri, karena berpotensi memicu terjadinya inflasi.

Namun kekhawatiran tersebut dapat diatasi setelah dilakukannya intervensi secara berkala. Salah satunya subsidi biaya ongkos distribusi beras maupun pasar murah.

“Yang harus diperhatikan adalah kesesuaian antara kebijakan strategis dalam TPID. Untuk itu, kita harus mengambil langkah sebagai penguatan TPID sebagai upaya menekan inflasi,” pungkasnya. (ovi/abe)