PALANGKA RAYA-Perseteruan antara manajemen Kalteng Putra dengan para pemain yang berawal dari keterlambatan pembayaran gaji masih belum menemukan titik temu. Setelah manajemen klub melapor ke Polda Kalteng, kini giliran pemain yang mengadukan persoalan tersebut kepada Asosiasi Pesepak Bola Profesional Indonesia (APPI).
BACA JUGA: Abrasi, Jalan Desa Juking Pajang Rusak Parah
Menyikapi polemik yang terjadi, APPI lantas mengeluarkan pernyataan dengan didampingi perwakilan pemain Kalteng Putra. Pernyataan itu disampaikan melalui unggahan video di channel Youtube milik APPI.
Dalam pernyataan tersebut, Legal APPI, Riza Hufaida, mengatakan jika pihaknya justru menilai manajemen Kalteng Putra telah keliru dalam mengambil sikap. Dimana, APPI menyesalkan tindakan manajemen Kalteng Putra yang melaporkan pemain atas tuduhan pelanggaran UU ITE ke polisi.
“Seharusnya diselesaikan lewat jalan football family,” kata Riza dalam video yang beredar, Sabtu (27/1/2024).
APPI, lanjut Riza, tidak mendapati adanya pelanggaran yang dilakukan para pemain. Dimana, para pemain hanya menyampaikan sebuah fakta dan itu bukan unsur kesengajaan untuk menjatuhkan atau mencemarkan nama baik klub. Bahkan pihaknya meminta agar PSSI turun tangan.
“APPI siap menghadapi laporan manajemen Kalteng Putra di polisi. Namun kita berharap persoalan ini dapat diselesaikan secara hukum sepak bola,” ucap Riza.
Sementara itu, Shahar Ginanjar, yang merupakan kiper sekaligus kapten Kalteng Putra menegaskan jika keterlambatan gaji bukan 15 hari. Melainkan benar adanya keterlambatan mulai dari 1-2 bulan dengan nilai bervariasi dari masing-masing pemain.
Mantan penjaga gawang Persija Jakarta itu menuding, jika manajemen Kalteng Putra tidak memfasilitasi agar para pemain bisa bertemu dengan CEO H Agustiar Sabran. Bahkan manajemen menolak menandatangani surat kesepakatan setelah pertandingan home melawan Persipura Jayapura.
“Sebelum pertandingan melawan Persipura, pemain dijanjikan pembayaran gaji. Namun setelah itu tidak ada kepastian. Bahkan, saat ini kami membuat surat perjanjian terkait kepastian gaji, namun manajemen menolak menandatangani,” ungkapnya.
Lantaran tidak adanya kepastian kapan gaji dibayarkan, para pemain kemudian bersepakat dan menyatakan tidak akan bermain menghadapi PSCS Cilacap.
Sementara itu, Polda Kalteng telah menindaklanjuti terkait 23 pemain Kalteng Putra yang dilaporkan oleh manajemennya sendiri pada Kamis malam (25/1/2024) lalu.
Kabidhumas Polda Kalteng, Kombes Pol Erlan Munaji, mengatakan Polda Kalteng berkomitmen untuk profesional dan proporsional dalam setiap penanganan perkara yang dilaporkan.
“Saat ini penanganan masih dalam proses penyelidikan dan akan di-update perkembangan lebih lanjut,” katanya, Minggu (28/1/2024).
Laporan tersebut dilayangkan oleh Manajemen Kalteng Putra karena sejumlah pemain berkoar-koar di media sosial Instagram, perihal gaji yang tidak dibayarkan oleh pihak manajemen.
“Laporan itu saat ini masih diproses oleh Ditreskrimsus. Yang diperiksa sementara ini masih pelapor,” ujar Erlan.
Sementara polemik manajemen dan pemain Kalteng Putra tersebut, berbuntut pada babak lanjutan play off degradasi liga 2 musim 2023/2024 yang akan mempertemukan Kalteng Putra dengan PSCS Cilacap di Stadion Wijaya Kusuma hari ini, Sabtu (27/1/2024). Dimana laga tersebut dipastikan gagal.
Manajer Kalteng Putra, Sigit Widodo mengungkapkan, bahwa pihaknya sebenarnya telah membelikan tiket untuk keberangkatan tim ke Provinsi Jawa Tengah itu. Bahkan telah menerima quotation dari salah satu hotel di Cilacap untuk persiapan pertandingan tandang pada pekan ke-5 kali ini.
“Namun di tanggal 25 Januari, tim yang dijadwalkan berangkat menuju Yogyakarta terpaksa dibatalkan, karena beberapa pemain memutuskan pulang ke daerahnya masing-masing, dimana kompetisi masih bergulir. Hal ini sangat memalukan marwah kompetisi liga 2 terkhusus klub Kalteng Putra yang sedang berjuang lolos dari jurang degradasi,” ujarnya, dalam keterangan persnya, Sabtu (27/1/2024) dilansir dari prokalteng.co.
Ia menjelaskan, bahwa setiap pemain wajib mengikuti dan hadir dalam pertandingan di mana klub terlibat dengan keterampilan dan kemampuan terbaiknya setiap saat sesuai ketentuan isi kontrak kerjasama pemain dan klub berdasarkan Pasal 3 ayat (I).
Menurutnya, berdasarkan kontrak kerjasama antara klub dan pemain pada pasal 8 ayat (I) dan (II) disebutkan bahwa ada mekanisme internal yang harus dijalankan dalam hal proses pengaduan yang dimana tidak dijalankan oleh pihak pemain.
“Dalam perjanjian kerjasama Pasal 3 ayat 2 (e), pemain sepakat bahwa ia tidak akan secara sengaja atau ceroboh melakukan, menulis atau mengatakan sesuatu atau tidak melakukan sesuatu yang kemungkinan akan merusak reputasi klub atau penyelenggaraan sepak bola di Indonesia. Mengingat klub punya mekanisme internal dan tidak pernah menutup diri berkomunikasi dengan pihak pemain,” bebernya.
“Namun kami sangat menyesalkan pada tanggal 22 Januari 2024 setelah pertandingan melawan Persipura Jayapura, pemain memutuskan keluar dari grup whatsapp tim tanpa memberikan keterangan apapun,” imbuhnya.
Menyikapi tak terlaksananya laga di Cilacap ini, manajemen Kalteng Putra, menurut Sigit memohon maaf kepada PSCS Cilacap. Padahal tim tuan rumah melalui panpel sudah bekerja dengan baik dan kooperatif kepada Kalteng Putra.
“Namun ini dikarenakan pemain tidak bersedia untuk menjalankan aturan dan memilih jalannya sendiri. Sehingga membuat gagalnya pertandingan pada hari ini,” ujarnya.
Sementara di sisi lain, kubu PSCS Cilacap telah sepenuhnya mempersiapkan pertandingan hari ini. Bahkan untuk menjamu Kalteng Putra, pelatih PSCS Cilacap bertekad untuk bisa memberikan permainan menarik dalam mendapatkan hasil maksimalnya 3 poin di hadapan publik sendiri. Hal itu semata-mata untuk mengamankan tiket bertahan di liga 2.
“Ini laga kandang terakhir kami. Saya ingin menutup laga kandang terakhir dengan 3 poin penuh. Itu menjadi kebanggaan bagi saya pribadi,” ujarnya seperti dikutip dari Radar Banyumas (Jawa Pos Group), Sabtu (27/1/2024). (ovi/rdo/hfz/hnd/kpg/cen)