PALANGKA RAYA – Wakil Gubernur (Wagub) Kalteng H. Edy Pratowo menghadiri Tabligh Akbar KH. Miftah Maulana Habiburrahman “Gus Miftah”, di Jalan Gurame II A, Kota Palangka Raya, Senin (9/1/2023).
Tabligh Akbar ini dalam rangka Anniversary DTT–SMDE POLRI ke-22 bersama Community DTT Cokro Tunggal dan mengusung tema “Meningkatkan Rasa Nasionalisme dan Memupuk Kebersamaan dalam Bermasyarakat, Berbangsa, dan Bernegara”.
Wagub mengatakan, bahwa Agama Islam merupakan agama yang menciptakan kedamaian, keselamatan, dan kesejahteraan bagi kehidupan umat manusia.
“Tentunya kehidupan yang damai dan sejahtera harus kita upayakan bersama, salah satunya dengan senantiasa meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kita kepada Allah SWT, serta meningkatkan kesadaran umat dalam menjalankan syariat dan syiar Islam dalam kehidupan kita sehari-hari,” ucapnya.
Wagub berharap kegiatan Tabligh Akbar ini mampu menjadi wadah positif bagi masyarakat Kalteng khususnya Kota Palangka Raya dalam peningkatan persatuan menuju kebaikan, guna menciptakan tatanan masyarakat yang harmonis, toleran, beradab, dan penuh kedamaian di Provinsi Kalteng.
“Mari bersama kita tunjukkan bahwa Kalimantan Tengah dibangun dan berpondasikan atas dasar kekeluargaan dan kebersamaan serta keberagaman dalam semangat Falsafah Huma Betang,” imbuh Wagub.
Pada kesempatan itu Wagub mengajak jamaah yang hadir untuk menjaga kerukunan dan kedamaian yang sudah terbina, serta selalu waspada terhadap berbagai ancaman dan kerawanan sosial, yang dapat mengganggu indahnya kebersamaan.
“Semoga doa dari Kalimantan Tengah melalui Tabligh Akbar ini dapat memperkuat ukhuwah Islamiyah dan jejaring hablum minannas, saling menghargai, dan senantiasa tolong menolong dalam kebaikan dan kebajikan, guna mewujudkan daerah yang Baldatun Thayyibatun Wa Rabbun Ghofur,” ungkap Wagub.
Sementara itu KH. Miftah Maulana Habiburrahman “Gus Miftah” dalam tausiyahnya menyampaikan manusia sering menghabiskan waktunya hanya untuk uang, dan manusia kehabisan waktu karena waktunya digunakan untuk uang.
“Ada perbedaan penting antara waktu dan uang, dimana kita selalu tahu berapa sisa uang yang kita miliki tetapi kita tidak pernah tahu berapa sisa waktu yang kita miliki,” katanya.
Gus Miftah menyebut, manusia akan sedih jika kehilangan uang tetapi manusia tidak pernah sedih jika kehilangan waktu.
“Manusia rela mengorbankan kesehatannya hanya demi uang, lalu ia memikirkan masa depannya sampai dia tidak menikmati masa kini, akhirnya dia tidak hidup di masa depan dan masa kini, dia hidup seakan-akan tidak pernah mati. Oleh karena itu, jadilah orang yang bisa mencari uang dan menikmati uang,” pungkasnya. (rkh/cen)