Aremania Palangkaraya: Aparat Harus Mengedepankan Norma Kemanusiaan, Bukan Gas Air Mata

Aremania Palangkaraya
Suporter Arema FC menangis ketika melakukan aksi 1.000 lilin di Stadion Tuah Pahoe untuk mendoakan dan mengenang para korban yang tewas pada tragedi Kanjuruhan, Malang, Selasa (04/10/2022). Foto: Ardo

PALANGKARAYA – Rintikan hujan mengiringi duka para komunitas pecinta bola se-Kota Palangkaraya ketika melakukan aksi 1.000 lilin untuk berdoa kepada para korban tragedi berdarah Kanjuruhan, Malang.

Suasana duka menyelimuti tribun Stadion Tuah Pahoe, Senin (03/09/2022) malam. Para penikmat bola yang berasal dari komunitas Aremania, Bonek, Viking, The Jak dan Kalteng Mania, berduka atas tragedi terparah dalam persepakbolaan di tanah air.

Pembacaan doa dipimpin oleh lima pemuka agama dan diikuti oleh seluruh masyarakat yang hadir dengan rasa duka mendalam atas insiden Kanjuruhan.

Doa dipanjatkan kepada 125 korban jiwa dan ratusan lainnya yang masih menjalani perawatan medis. Dan, berharap tragedi serupa tak terjadi kembali di tanah air khususnya di Kalimantan Tengah (Kalteng).

Rizky Rahmadian, Media Officer Aremania Palangkaraya, mengatakan mulai kemarin Aremania Palangkaraya sudah menggelar baca doa untuk saudara-saudara mereka dan dua orang anggota mereka yang melaksanakan tour ke Malang, dan sempat tidak sadar tapi mereka selamat.

“Kami sangat berterima kasih, karena kepedulian semua seluruh Indonesia suporter sepak bola, dan pihak kepolisian mau menginisiasi duka untuk kami. Big respect untuk semua yang sudah menginisiasi acara ini,” ungkap Rizky.

Ia menuturkan, pihak Aremania mengakui salah. Akan tetapi, tindakan represif kepolisian itu sangat mencederai dunia sepak bola tanah air.

“Kenapa yang diserang teman-teman kami di tribun, bukan yang di lapangan. Padahal, dalam peraturan FIFA itu sudah disebutkan bahwa senjata api dan gas air mata itu dilarang masuk ke dalam stadion untuk mengendalikan massa,” katanya.

Dia juga sangat menyesali kenapa itu dilakukan. Karena kenapa? Banyak korban itu orang yang tidak tahu apa-apa. Perempuan, anak-anak, ibu-ibu dan lansia. Kalau laki-laki mungkin bisa lari, kasian yang lainnya tidak bisa lari.

“Itu gas air mata memang diarahkan ke tribun penonton. Polisi yang menembakkan, ada bukti-buktihya di televisi,” cecarnya.

Ia menguraikan, bayangkan pada saat posisi tribun penuh ditembak gas air mata secara membabi-buta seperti itu pintunya kecil, orang pasti berebut untuk keluar. Akhirnya pintu itu seakan-akan terkunci. Semua orang dalam kondisi mata pedih sesak napas dan panik.

Kebanyakan korban itu kekurangan oksigen, karena rumah sakit yang mengakomodir pasien ini tidak menampung atau oksigennya tidak memadai dengan membludaknya korban sebanyak itu.

Rizky berharap, kedepannya suporter dapat lebih dewasa menyikapi situasi dalam sepak bola. Karena kalah menang itu sudah biasa.

“Cuman sekali lagi kami juga minta kepada pihak keamanan, untuk bisa mengedepankan norma-norma kemanusiaan. Kami sangat kecewa dengan kejadian yang ada di Malang, karena sudah terlihat jelas dari beberapa video yang beredar, kalau memang pihak keamanan sangat represif, teman kami dipukul, teman kami diinjak ditembak gas air mata,” tandasnya.

Diberitakan sebelumnya, kerusuhan di Staduin Kanjuruhan pecah setelah tim tuan rumah menderita kekalahan 2-3 dari Persebaya. Seketika ratusan suporter tumpah ruah ke dalam lapangan yang membuat kepolisian menembakkan gas air mata dan berakhir dengan tewasnya ratusan orang akibat kekurangan oksigen dan terinjak-injak.

Sehubungan dengan acara ini, Kapolresta Palangkaraya, Kombes Pol Budi Santosa, mengatakan kegiatan ini untuk menunjukkan belasungkawa dan duka yang mendalam terhadap tragedi di Stadion Kanjuruhan, jadi suporter yang ada di Kota Palangkaraya bersama-sama melaksanakan doa bersama untuk mendoakan para korban yang meninggal di Kanjuruhan, termasuk dua anggota polri yang gugur saat tugas.

“Semoga ditempatkan di tempat yang terbaik di sisi Allah SWT dan yang masih terbaring di rumah sakit semoga segera diberikan kesembuhan dan keluarga yang ditingkatkan dapat diberikan kekuatan,” ungkap Kombes Budi.

Lanjutnya, kepada seluruh suporter kedepan, ia sama-sama mengharapkan semoga kejadian di Kanjuruhan menjadi yang terakhir kalinya terjadi di dunia sepak bola.

Disisi lain, Kalteng Putra yang berlaga di Liga 2, dengan adanya kegiatan ini berharap bersama-sama nanti dari petugasnya kemudian juga dari pihak penonton bisa sama-sama membawa diri dan menikmati olahraga sepak bola tanpa dibumbui oleh keributan atau hal-hal yang lain.

“Kita akan melaksanakan pengamanan sepak bola dengan humanis, betul-betul merangkul suporter sepak bola, sehingga pertandingan bisa berjalan dengan baik dan penonton dapat menikmati pertandingan dengan nyaman tanpa adanya keributan,” ujar Kapolresta.

Dan, tambahnya, semoga kejadian ini bisa memberikan pelajaran bagi kita bersama, baik kami dari aparat dan para penonton.

“Sepak bola tidak sebanding dengan nyawa manusia,” tandasnya. (rdo/cen)

BACA JUGA : Satu Anggota Aremania Palangkaraya Jadi Korban Kerusuhan Kanjuruhan

BACA JUGA : Pascakerusuhan Kanjuruhan, Ketum PSSI Didesak Mundur