PALANGKARAYA – Tragedi kelam menewaskan 174 orang dalam kerusuhan di Stadion Kanjuruhan, Malang, Sabtu (1/10/2022).
Kerusuhan di Stadion Kanjuruhan pecah setelah tim tuan rumah menderita kekalahan 2-3 dari Persebaya. Seketika ratusan suporter tumpah ruah ke dalam lapangan.
Kepolisian memastikan ada 34 orang yang tewas di dalam lapangan. Sementara korban yang lain meninggal di rumah sakit pada saat proses pertolongan.
Duka yang teramat dalam atas insiden ini juga dirasakan oleh seluruh pendukung Arema FC di penjuru negeri. Tak terkecuali Aremania dari Kota Palangkaraya, Kalteng.
Rizky Rachmadian, Media Officer Aremania Palangkaraya, mengungkapkan rasa duka yang sedalam-dalamnya atas peristiwa yang terjadi di Kanjuruhan, khususnya untuk para korban.
“Kami (Aremania Palangkaraya) sangat berduka dengan insiden yang terjadi di Stadion Kanjuruhan, Malang sehingga menimbulkan banyak korban jiwa,” ungkap Rizky, Minggu (2/9/2022).
Dalam insiden tersebut, lanjut Rizky, salah satu anggota Aremania Palangkaraya yang tour ke Malang juga turut menjadi korban. Beruntung anggota tersebut dapat diselamatkan dan mendapat pertolongan medis.
“Satu anggota ada yang menjadi korban gas air mata, tapi alhamdulillah selamat meskipun sempat tidak sadar,” katanya.
Menurut informasi yang didapat, perempuan dan beberapa masih anak-anak bayak yang turut menjadi korban. Pasalnya, ketika peristiwa itu terjadi kalangan tersebut tak dapat memanjat tribun dan pagar pembatas, sedangkan pintu keluar juga penuh sesak karena semua berebut menyelamatkan diri.
Kericuhan sendiri bermula saat para suporter Arema menyerbu lapangan usai timnya kalah melawan Persebaya. Banyaknya suporter yang menyerbu lapangan direspons polisi dengan menghalau dan menembakkan gas air mata.
Gas air mata juga ditembakkan ke arah tribun. Tembakan gas air mata tersebut membuat para suporter panik, berlarian, dan terinjak-injak.
“Kami cuma menyayangkan aja sampai jatuh banyak korban, harusnya aparat tidak perlu berlebihan menembakan gas air mata apalagi ke arah tribun yang jelas banyak perempuan juga anak-anak,” bebernya.
Menurutnya, dalam aturan FIFA juga sudah sangat jelas gas air mata atau senjata api dilarang masuk area stadion. Namun pihaknya tidak menyalahkan siapapun, semoga ini yang terakhir kalinya dan tidak terjadi untuk klub lain.
“Harapan kami mari Tim, Panpel, Suporter, PSSI, aparat keamanan, ayo sama-sama introspeksi agar insiden seperti ini tidak terulang kembali,” pungkasnya. (rdo/cen)