PALANGKA RAYA – Upacara melasti atau disebut juga dengan melis diadakan beberapa hari sebelum Nyepi berlangsung. Saat itu, segala sesuatu atau sarana sembahyang di Pura dibawa ke laut untuk disucikan. Berbagai jenis benda sakral atau keramat dicuci dengan air laut atau sungai.
BACA JUGA: Tega! Bayi Hasil Hubungan Gelap Ditelantarkan
Seperti yang dilakukan umat Hindu di Kota Palangka Raya yang telah melaksanakan upacara Melasti dalam rangka menyambut Hari Raya Nyepi Tahun Baru Saka 1946, di pinggir Sungai Kahayan, Kamis (07/03/24).
Ketua Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Kalteng, I Wayan Suata, menjelaskan upacara Melasti bertujuan untuk mensucikan alam semesta dan jiwa raga manusia dari segala perbuatan buruk di masa lalu agar tercipta keharmonisan dalam kehidupan manusia.
“Kegiatan Hari Suci Nyepi tahun ini mengambil tema ‘Sat Cit Ananda Untuk Indonesia Jaya’, yang bermakna kebahagiaan tertinggi dilaksanakan dikerjakan umat beragama Hindu sesuai dengan petunjuk dan ajaran agama untuk mencapai Moksa (terlepas ikatan duniawi). Tetapi dalam tema ini bagaimana kebahagiaan tertinggi dari seluruh lapisan suku di Indonesia bisa memberikan kebahagiaan untuk Indonesia Jaya,” ungkapnya.
Pantauan di lapangan upacara Melasti berlangsung khidmat, khusyuk, aman dan damai. Para umat Hindu memulai perjalanannya dengan berjalan dari Pura Pitamaha Kota Palangka Raya yang bertempat di Jalan Kinibalu hingga Taman Soekarno pinggir Sungai Kahayan untuk melaksanakan serangkaian upacara Melasti diiringi alunan gamelan.
“Melasti merupakan rangkaian meminta air suci bisa datang ke danau, sungai, atau laut. Kalau di sungai simbolnya Dewa Baruna, perwujudan dari Dewa Wisnu, jadi ada kekuatan beliau yang kita hadirkan agar memberikan kekuatan kepada umat kita untuk mendapatkan kesejahteraan, kedamaian dan penuh dengan doa menjelang tahun agung tanggal 10 nanti,” ujarnya.
Di sisi lain, Pemangku dan Ketua Pinandita Sanggraha Nusantara (PSN) Korwil Kalteng, Pinandita I Made Suparma, menyampaikan bahwasanya serangkaian kegiatan yang dilaksanakan untuk memohon Tirte Amerta yang merupakan air suci kehidupan.
“Dengan manfaat meminta permohonan untuk membersihkan alam, membersihkan pura adan sarana suci yang ada, yang paling utama mensucikan diri,” ujar Pinandita I Made Suparma saat diwawancarai awak media.
Menurutnya, dalam kehidupan duniawi diri kita selalu dipengaruhi energi negatif. Kemudian Tirte Amerta lah yang melebur dan menjadikan pikiran, perilaku, dan wacana agar lebih positif.
“Sebagaimana kita melaksanakan Dharma Agama, Dharma Negara, dan kita kepada Tuhan Yang Maha Esa,” demikian tuturnya. (nab*/cen)