SAMPIT – Sejumlah warga Sampit, Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim), diduga mengalami keracunan kue Ipau yang merupakan salah satu jajanan khas pada saat bulan Ramadan untuk berbuka puasa.
Puluhan warga yang mengonsumsi kue Ipau tersebut dilarikan ke rumah sakit lantaran menderita diare.
“Tadi siang kami sudah ke tempat penjualan kue tersebut. Kami juga awalnya dapat informasi dari dinas kesehatan,” kata Kepala Puskesmas Baamang I, Supriadi, dilansir dari antara, Jumat (31/3/2023).
Ia mengatakan, pihaknya baru mendapat kabar tersebut karena tidak ada penderita yang dibawa berobat ke Puskesmas Baamang I. Diduga warga mengalami mual dan diare setelah memakan kue Ipau.
Ketika mendapat informasi dari dinas kesehatan, kata Supriadi, pihaknya langsung turun ke lapangan mendatangi tempat penjual kue khas Ramadan tersebut untuk meminta informasi.
“Terkait penyebab pastinya, kami di kesehatan masih menunggu hasil pemeriksaan laboratorium terhadap sampel kue tersebut,” ujar Supriadi.
Dugaan keracunan kue tradisional khas Ramadan atau banyak dijual saat bulan puasa seperti sekarang itu terjadi mulai Rabu (29/3/2023) malam. Korban mengeluh sakit hingga muntah dan diare setelah mengonsumsi kue yang dibeli dari salah satu penjual kue Ramadan di Kecamatan Baamang.
Bahkan, ada seorang pejabat yang harus dirawat di rumah sakit, diduga juga menjadi korban keracunan kue tradisional tersebut. Jumlah korban diduga keracunan kue Ipau terdata menjadi 40 orang dan satu orang telah meninggal dunia.
“Jumlah ini tidak menutup kemungkinan bisa bertambah karena mungkin saja ada yang cuma berobat bertahan di rumah dan belum melapor. Katanya masa rawannya sampai lima hari. Makanya saya minta tetap dipantau dan segera ditangani,” kata Bupati Halikinnor di Sampit, Sabtu (1/4/2023).
Kejadian ini menjadi perhatian pemerintah daerah. Halikinnor yang sejak awal Ramadan sudah mewanti-wanti pedagang untuk menjaga kesehatan dan keamanan kuliner yang dijual, mengaku kaget begitu mengetahui hal yang dikhawatirkan itu justru terjadi.
Halikinnor datang ke RSUD dr Murjani Sampit membesuk pasien keracunan tersebut. Salah satu pasiennya adalah Zulhaidir yang merupakan Kepala Dinas Perdagangan dan Perindustrian Kotim.
Data pihak rumah sakit, saat ini masih ada 17 korban keracunan yang dirawat, sedangkan sisanya sudah diperbolehkan pulang karena kondisinya membaik. Meski begitu, tim kesehatan tetap memantau kemungkinan jumlah pasien masih bertambah.
“Bagi pasien korban keracunan yang belum tercover BPJS Kesehatan, nanti biaya pengobatannya dibebankan ke pemerintah daerah saja,” kata Halikinnor memberi arahan kepada manajemen rumah sakit yang mendampinginya.
Halikinnor menegaskan, pengawasan akan ditingkatkan oleh Dinas Kesehatan agar kejadian ini tidak terulang lagi. Hari ini Balai Pengawasan Obat dan Makanan Palangka Raya juga akan melakukan pemeriksaan intensif untuk mengetahui penyebab keracunan tersebut.
Saat ini pedagang yang menjual kue diduga penyebab keracunan itu masih diizinkan berjualan, namun diminta tidak menjual kue Ipau tersebut. Pemerintah daerah juga masih menunggu hasil pemeriksaan laboratorium.
“Saya meminta kembali kepada masyarakat yang membuat dan berjualan kue dan masakan agar meningkatkan kewaspadaan. Makanan yang dijual harus aman dan sehat,” ujar Halikinnor.
Kepala Dinas Kesehatan Kotim, Umar Kaderi, mengatakan, saat ini kondisi pasien mulai membaik. Dinas Kesehatan terus berkoordinasi dengan pihak rumah sakit untuk memastikan seluruh korban ditangani dengan baik.
“Kami juga sudah memerintahkan seluruh puskesmas untuk mendata terhadap kemungkinan adanya warga mereka yang menderita keracunan yang sama,” ujar Umar.
Beberapa korban mengakui tidak mengira keracunan bahkan sampai harus dirawat. Saat menyantap kue Ipau tersebut, rasanya enak dan tidak ada rasa seperti basi atau tidak enak sehingga mereka tidak curiga.
“Tidak ada rasa basi. Kuenya enak. Saya bahkan makan sampai habis. Beberapa jam kemudian baru mulai terasa perut sangat sakit dan disertai muntah, makanya langsung dibawa ke rumah sakit,” terang salah seorang pasien.
Dinas Kesehatan Kabupaten Kotim melakukan pemeriksaan sampel kue Ipau diduga menjadi penyebab keracunan yang menimbulkan korban jiwa. Dan hasil pemeriksaan awal ditemukan ada bakteri Escherichia coli atau E. coli pada kue yang disantap para korban.
“Kami mengambil sampel 28 dan 29 Maret. Hasil sementara, ditemukan ada E. coli di kue tersebut,” kata Umar Kaderi.
E. coli adalah salah satu jenis bakteri. Beberapa jenis bakteri E. coli juga menyebabkan terjadinya penyakit (patogen), misalnya menyebabkan diare, infeksi saluran kemih (ISK), gangguan pernapasan dan beberapa gangguan lainnya.
Meski menyatakan hasil pemeriksaan awal menemukan adanya bakteri, dinas kesehatan belum menyimpulkan lebih lanjut. Menurut Umar, perlu pemeriksaan lainnya untuk memastikan penyebab keracunan tersebut.
“Kami sudah lapor ke Balai POM. Hari ini mereka datang untuk melakukan pemeriksaan lebih intensif karena itu memang kewenangan mereka,” timpal Umar.
Kue Ipau atau disebut juga wadai Ipau merupakan kue khas asal Kalimantan Selatan. Kue Ipau berwarna putih, berbentuk bulat dengan taburan daging di lapisan atasnya dan memiliki tekstur lembut.
Lapisan-lapisan adonan terbuat dari tepung terigu, telur dan susu. Isinya terdiri dari campuran wortel, kentang, bawang bombay, daging dan sayuran lainnya. Kue ini dimasak dengan cara dikukus. Setelah matang, kue Ipau disajikan dengan cara disiram kuah santan dan ditaburi seledri, daun bawang dan bawang goreng.
Tampilannya mirip Lasagna atau makanan tradisional Italia berupa pasta yang dipanggang di oven. Tidak heran jika ada sebagian masyarakat yang memberi penyebutan lain terhadap kue Ipau dengan nama “Pizza Banjar” karena bentuknya disandingkan dengan bentuk Pizza.
Berdasarkan sejumlah literatur, kue Ipau awalnya banyak dibuat warga di Kelurahan Antasan Kecil Barat, Banjarmasin Tengah atau di Kampung Arab-nya Banjarmasin. Asal muasal ini pula yang membuat orang menyimpulkan bahwa kue Ipau merupakan perpaduan kue khas Arab dan Melayu lantaran bentuknya bulat seperti “lempeng” yaitu kue pisang khas Banjar.
Dari namanya, kue Ipau tentu tidak identik dengan nama kue-kue khas timur tengah. Nama Ipau konon merujuk pada nama pembuat pertama kue tradisional tersebut di waktu dulu.
Kue yang dijual dalam bentuk loyang maupun per potong ini diakui sebagai kuliner khas Kalimantan Selatan. Bahkan nama kue ini telah ditetapkan dalam Surat Keputusan Wali Kota Banjarmasin Nomor 811/2017.
Kini kue Ipau masuk dalam deretan kue khas Banjarmasin, disejajarkan dengan menu lain seperti kue bingka, kue kararaban, kue nasubah, kue ipau, soto Banjar dan ikan saluang.
Saking membuminya kue ipau, pada 16 Desember 2017 lalu diselenggarakan acara Festival Kuliner Wadai Khas Banjar. Salah satu rangkaian acaranya adalah Parade 1000 Wadai Ipau. Saat itu sekitar 1.005 porsi kue ipau disajikan untuk pengunjung.
Kegiatan itu kemudian membuat Kota Banjarmasin memperoleh penghargaan dari Lembaga Prestasi Indonesia-Dunia (Leprid) untuk kategori Pemrakarsa Rekor Penyajian Ipau Terbanyak, Penyelenggara Makan Ipau Terbanyak, Makan Bersama Wadai Ipau Peserta Terbanyak serta Tim Penggerak PKK Penyelenggara Rekor Penyajian dan Makan Ipau Terbanyak. (ant/cen)
Baca Juga: 555 Prajurit TNI Kalteng Terbang ke Papua