PALANGKARAYA – Banjir akibat luapan Sungai Kahayan kembali merendam kawasan Jalan Mendawai dan Jalan Anoi, Kelurahan Palangka, Kecamatan Jekan Raya, Kota Palangkaraya, Rabu (16/11/2022).
Luapan air tersebut diduga merupakan banjir kiriman dari kabupaten tetangga ini telah masuk ke halaman Pasar Kahayan serta menghambat aktivitas warga setempat.
Sejumlah warga yang terdampak sempat minta bantuan kepada petugas terkait karena debit air di Jalan Anoi air luapan Sungai Kahayan tiba-tiba naik seketika.
“Ya kami sempat mengecek lokasi dan berbincang dengan warga yang kebetulan berada diluar rumah untuk mengamankan barang-barangnya ke tempat yang lebih tinggi karena air mulai menggenangi didalam rumah,” Ketua Emergency Response Palangka Raya (ERP), Jean Steve.
Mereka mencatat posisi luapan air berada di angka 50 cm atau setinggi paha orang dewasa. Kenaikan air ini mulai 5 hari yang lalu namun naik secara drastis pada malam kemarin.
Menurut warga, kenaikan debit air secara tiba-tiba ini terjadi pada pukul 00.00 WIB – 01.00 WIB, sehingga banyak warga yang sedang tertidur tidak sempat menyelantkan barang-barang yang berada dalam rumah.
“Warga saat ini masih bertahan dan berjaga dilokasi (rumah dan kontrakan) sementara ibu-ibu dan anak-anak diungsikan ke tempat yang tidak terdampak banjir seperti ditempat sanak keluarganya,” katanya.
Tidak hanya itu, PAUD Al-Amin juga harus meliburkan aktivitas belajar mengajar, akibat banjir yang mulai masuk ke kawasan sekolah.
Ketua RT 06 RW 07, Mulyadi, mengatakan ketinggian air di Jalan Mendawai saat ini mencapai 50 sentimeter.
“Banjir ini sudah terjadi sejak lima hari yang lalu. Tapi dua hari terakhir debit air mulai tambah tinggi,” katanya pada saat dikonfirmasi.
Dijelaskannya, sekitar 100 kepala keluarga yang terdampak akibat banjir tahunan yang melanda wilayah setempat. Bahkan saat ini, telah ada sebanyak 30 kepala keluarga yang memilih untuk mengevakuasi diri ke wilayah yang lebih tinggi.
“Sisanya itu banyak yang memilih untuk tidak mau meninggalkan rumahnya. Mungkin ada ketakutan juga kalau ada barang-barang yang hilang atau sebagainya,” ucapnya.
Sementara itu, salah seorang warga lainnya, H. Slamet Jaya, mengaku jika dirinya telah tak tahan dengan kondisi banjir yang tiap tahunnya melanda permukiman rumahnya. Bahkan sejak dua tahun lalu, dirinya juga telah memasarkan rumahnya untuk dijual agar dapat membeli rumah di kawasan yang bebas banjir. Namun akibat belum laku, dirinya terpaksa untuk menetap di rumah yang berukuran 20X10 meter.
“Kalau dulu itu tiga atau empat tahun sekali baru banjir. Kalau sekarang itu tiap tahun banjir. Siapa juga yang tahan dengan kondisi seperti ini,” pungkasnya. (rdo/cen)