590 Ekor Ternak Babi di Pulpis Mati Mendadak, Tertular Virus ASF dari Luar Daerah

590 ekor
Kepala Bidang Peternakan dan Kesehatan Hewan, Ibrahim.

PULANG PISAU – Kepala Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Pulang Pisau (Pulpis), Slamet Untung Rianto melalui Kepala Bidang Peternakan dan Kesehatan Hewan, Ibrahim, mengatakan sebanyak 590 ekor ternak babi yang berada di dua kecamatan yakni, Kecamatan Kahayan Tengah dan Kecamatan Banama Tingang mati mendadak.

Kematian ternak babi tersebut, kata Ibrahim, akibat terserang Virus African Swine Fever (ASF).

“Kematian 590 ternak babi ini akibat terserang virus ASF, atau penyakit yang sangat menular pada babi domestik dan babi liar,” ucap Ibrahim, Rabu (20/10/2021).

Ibrahim mengatakan virus ASF ini disebabkan oleh virus DNA dengan unta ganda dari genus Asfivirus dan famili Asfarviridae. ASF lanjutnya, virus sangat tahan terhadap pengaruh lingkungan, dan relatif lebih tahan terhadap disinfektan

“Virus ASF ini bukan penyakit yang dapat menular dari hewan ke manusia (zoonosis), dan tidak berbahaya bagi manusia dan bukan masalah kesehatan masyarakat, jadi produk babi dipastikan tetap aman untuk konsumsi,” ujar Ibrahim menjelaskan.

Asal mula munculnya wabah ASF di Kabupaten Pulang Pisau, kata Ibrahim, berawal dari pengepul yang membeli ternak babi dari luar yang tidak disertakan dengan keterangan kesehatan hewan. Sementara ternak babi yang baru dibeli oleh pengepul itu di campur dengan ternak babi lokal yang sudah ada, dan menyebabkan seluruh ternak babi tertular virus.

Untuk di ketahui, kata Ibrahim, total kematian babi secara mendadak akibat virus ASF, di Kecamatan Kahayan Tengah dengan kasus merata di 14 desa dan terbanyak di Desa Tuwung dengan total 245 ekor babi mati mendadak.

Kemudian diikuti desa lainnya di Kecamatan Kahayan Tengah sehingga secara keseluruhan kematian sebanyak 503 ekor babi. Sementara di Kecamatan Banama Tingang pada 14 Desa sebanyak 87 ekor babi, sehingga total keseluruhan didua Kecamatan menjadi 590 ekor babi.

“Virus ini menyerang bukan ternak besar saja, tetapi anak-anak babi juga terserang oleh virus ASF. Dan virus ini hanya menular dari babi ke babi, bukan untuk ternak lainnya,” ujar Ibrahim menjelaskan.

Bentuk akut ASF, kata Ibrahim, ditandai dengan demam tinggi, depresi, anoreksia dan kehilangan nafsu makan, perdarahan di kulit (kemerahan pada kulit di telinga, perut dan tungkai), aborsi pada babi betina bunting, sianosis, muntah, diare dan kematian dalam waktu 6-13 hari (atau hingga 20 hari). Tingkat kematian bisa mencapai 100 persen.

ASF dapat ditularkan melalui kontak langsung dengan babi domestik atau liar yang terinfeksi, kontak tidak langsung, melalui konsumsi bahan yang terkontaminasi (misalnya sisa makanan, pakan, atau sampah), atau vektor biologis (caplak lunak dari genus Ornithodoros).

Ibrahim menegaskan, untuk kedepan, harus adanya pembatasan-pembatasan pada ternak babi, khususnya untuk ternak yang masuk.

“Kita jangan mengira ternak babi yang masuk ini adalah babi yang sehat. Justru yang terlihat sehat, tetapi ada penyakitnya, dan inilah harus kontrol pengawasan kesehatan di lalulintas ternak khususnya di karantina-karantina kita atau pengawasan di lalulintas ternak kita, khususnya ternak antar pulau,” tegasnya.

Oleh sebab itu, lanjut Ibrahim, dengan adanya kasus ini, maka kedepan perlu adanya kontrol, khususnya di Distan Pulpis pada Bidang Peternakan yang menangani fungsi peternakan, diperlukan adanya stok obat-obatan, jika terjadi serangan penyakit maka pihaknya bisa sigap dan cepat.

” Sekarang ini kita tidak mempunyai stok obat-obatan, karena keterbatasan anggaran. Akhirnya apa yang bisa kita perbuat, karena tidak adanya stok obat-obatan itu,” tegasnya.

Ibrahim mengakui, kalau Sumber Daya Manusia (SDM) di Distan cukup dan dokter hewan pun cukup.

BACA JUGA : Peringati Hari Kontrasepsi, DP3AP2KB Pulpis Gelar KB Gratis

“Tetapi stok obat-obatan yang menjadi kendala. Karena tidak tersedianya stok obat-obatan. Untuk itu, kita berharap ketersediaan obat-obatan juga menjadi perhatian bersama, terutama dalam penanganan kasus terkait serangan wabah penyakit,” pungkasnya. (ung/cen)