MUARA TEWEH – Warga di Kelurahan Lanjas dan Kelurahan Melayu kembali mengeluhkan pendistribusian air bersih dari PDAM Muara Teweh yang dinilai belum stabil.
Keluhan itu mencuat saat Ketua Komisi II DPRD Barito Utara dari Fraksi PDI Perjuangan, Taufik Nugraha, melakukan reses dan menyerap aspirasi masyarakat di dua wilayah tersebut, beberapa waktu lalu.
Warga menyampaikan bahwa pasokan air PDAM hanya mengalir satu hingga dua hari dalam seminggu, sementara pada hari-hari lainnya tidak ada distribusi sama sekali. Kondisi ini menyulitkan aktivitas rumah tangga yang sangat bergantung pada layanan PDAM.
“Kami sangat kesulitan kalau air tidak mengalir. Kadang dua hari penuh tidak ada air sama sekali, sementara kebutuhan terus berjalan,” Rahmadi, warga Kelurahan Lanjas, Rabu (13/8/2025).
Menanggapi keluhan itu, Taufik Nugraha meminta pihak PDAM segera mengambil langkah konkret untuk menanggulangi permasalahan distribusi air. Ia menekankan pentingnya peningkatan kapasitas produksi air bersih agar mampu memenuhi kebutuhan seluruh pelanggan, terutama di wilayah yang selama ini pasokannya tidak normal.
“Kami meminta PDAM Barito Utara menambah kapasitas produksi air bersih dan segera melakukan pembenahan pada sistem distribusi. Warga di beberapa kelurahan mengalami kekurangan pasokan air, sehingga perbaikan pelayanan harus jadi prioritas,” tegasnya.
Taufik menambahkan, air bersih merupakan kebutuhan dasar masyarakat yang tidak boleh diabaikan. Karena itu, Komisi II DPRD akan mendorong evaluasi menyeluruh terhadap operasional PDAM, sekaligus meminta dukungan pemerintah daerah dari sisi kebijakan dan anggaran.
“PDAM harus memiliki solusi jangka pendek dan jangka panjang. Penambahan jaringan, peremajaan pipa, serta penyesuaian kapasitas produksi perlu segera dilakukan agar masyarakat tidak terus dirugikan,” ujarnya.
Sementara itu, Direktur PDAM Muara Teweh, Roosmanjaya Anor, saat dikonfirmasi melalui pesan WhatsApp membenarkan pernyataan Taufik Nugraha. Ia menjelaskan bahwa kapasitas produksi PDAM Pusat Muara Teweh terakhir ditingkatkan pada tahun 2014, dan hingga kini belum ada penambahan.
“Ya, benar yang disampaikan Pak Taufik. Kapasitas produksi PDAM terakhir dibangun pada 2014 dan sampai sekarang belum ada penambahan karena instalasi pengolahan air (IPA) masih terbatas,” jelas Roosmanjaya, Rabu (13/8/2025).
Menurutnya, kondisi tersebut menyebabkan ketidakseimbangan antara kapasitas produksi dan jumlah pelanggan baru yang terus bertambah hingga 2025.
“Distribusi air harus dibagi dengan pelanggan di wilayah pengembangan kota, sehingga perlu pengaturan giliran—satu hari mengalir, dua hari tidak karena diarahkan ke wilayah lain,” pungkasnya. (tia/cen)