Dari Bakso Rp 5.000, Mbah Nadikan Sukses Kuliahkan Anak hingga Sarjana

Mbah Nadikan
Mbah Nadikan saat melayani pembeli bakso Rp 5.000 di tempat mangkalnya, Jalan Mendawai, Jekan Raya, Palangka Raya, Minggu (7/9/2025). Foto: Ifa

DI tengah ramainya Jalan Mendawai, Jekan Raya, Palangka Raya, ada satu motor bakso sederhana yang tak pernah sepi pembeli. Dari balik gerobak kecil itulah, seorang pria sepuh berusia 93 tahun menjalani perjuangannya dengan penuh ketekunan. Dialah Mbah Nadikan, penjual bakso Rp 5.000 yang akrab dengan senyum ramahnya.

Sejak tahun 1995, Mbah Nadikan setia menjual bakso dengan harga murah. Meski bahan bakunya daging ayam, ia memutuskan menjual hanya Rp 5.000 per cup.

“Biar masyarakat kecil sampai orang mampu bisa beli. Yang penting orang bisa makan enak tanpa mahal,” ujarnya lirih, Minggu (7/9/2025).

Keputusan itu bukan tanpa risiko. Di tengah harga kebutuhan pokok yang kian melambung, ia tetap bertahan dengan harga lama. Baginya, rezeki bukan soal besar kecilnya keuntungan, melainkan keberkahan.

Setiap hari, rata-rata 700 cup bakso habis terjual. Jumlah itu cukup untuk menghidupi keluarga dan bahkan mewujudkan mimpi besarnya: menyekolahkan anak-anaknya hingga perguruan tinggi.

Dengan kedisiplinan tinggi, Mbah Nadikan selalu menyisihkan 35 persen dari penghasilannya untuk ditabung. Hasilnya, tiga dari empat anaknya berhasil meraih gelar sarjana.

“Saya tidak punya harta banyak, tapi dengan sekolah tinggi, anak-anak bisa mandiri. Itu cita-cita saya sejak dulu,” ujarnya, matanya berkaca-kaca.

Meski usia hampir satu abad, Mbah Nadikan masih tetap berjualan setiap hari. Hanya satu hari dalam sepekan ia libur, itupun tergantung kondisi tubuhnya.

Baginya, rahasia tetap kuat bekerja adalah sabar, tekun, dan disiplin.
“Kalau tidak sabar, orang bisa cepat putus asa. Kalau tidak tekun, usaha bisa berhenti di tengah jalan. Kalau tidak disiplin, rezeki bisa habis tanpa bekas,” pesannya.

Kini, bakso Rp 5.000 buatan Mbah Nadikan bukan sekadar makanan murah meriah. Lebih dari itu, ia menjadi simbol kegigihan seorang ayah yang tak pernah menyerah demi masa depan anak-anaknya.

“Selama masih kuat, saya akan terus jualan. Hidup harus diisi dengan kerja keras dan doa,” ucapnya menutup percakapan. (*)

Penulis: Siti Nur Marifa

Editor: Vinsensius

BACA JUGA : Briling, Barista Keliling yang Bawa Kopi ke Jalanan Palangka Raya