Kasus Tuberkulosis di Kalteng Mencapai 7.803 kasus

Tuberkulosis
Kabid P2P Dinkes Provinsi Kalteng, Dr. Riza Syahputra.FOTO: IST

PALANGKA RAYA – Berdasarkan Global Tuberkulosis (TB) report tahun 2023, Indonesia berada pada posisi kedua dengan jumlah beban kasus terbanyak di dunia setelah India.

Kasus tersebut diungkapkan Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi Kalimantan Tengah (Kalteng), Dr. Riza Syahputra bahwa, kasus TB di dunia dihitung berdasarkan survey prevalensi TB dan estimasi beban TB oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).

“Dimana, Indonesia merupakan negara berpenduduk terbanyak ke empat di dunia, sehingga otomatis estimasi beban TB di Indonesia lebih tinggi dibandingkan negara berpenduduk banyak namun sudah menyandang status sebagai negara maju seperti Amerika Serikat dengan derajat kesehatan masyarakat yang tinggi,” ujarnya, saat dihubungi Palangka Ekspres, Selasa (11/6/24).

Walaupun Indonesia merupakan penyandang beban TB tertinggi kedua di dunia, ia menekankan Kalteng memiliki beban TB yang tidak terlalu tinggi.

“Hal ini dapat dilihat dari penurunan estimasi jumlah kasus TB dari tahun 2023 ke 2024 yang menurun hingga 27 persen. Dimana estimasi beban TB di Kalteng adalah 7.803 kasus. Sehingga, dapat dilakukan penanganan yang lebih cepat dan optimal untuk mencegah potensi penularan TB di masyarakat Kalteng,” ucapnya.

“Hal ini juga harus didukung dengan perilaku masyarakat agar memiliki pola hidup sehat dan kesadaran yang tinggi untuk mengakses pelayanan kesehatan sedini mungkin jika mengalami tanda dan gejala yang mengarah kepada TB,” sambungnya.

Sementara, untuk kasus TBC di Kalteng, terjadi peningkatan penemuan kasus dari tahun 2022 sebesar 38.90 persen menjadi 54 persen di tahun 2023. Diterangkannya untuk tahun 2023, penemuan kasus TBC tertinggi berada di Kota palangka Raya dan terendah berada di Kabupaten Pulang Pisau.

“Selain itu, untuk keberhasilan pengobatan TBC di tahun 2023 berhasil mencapai angka 81 persen,” ungkapnya.

Ia menjelaskan, Tuberculosis merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis. Penyakit ini terutama menyerang paru-paru, namun juga menyerang organ lain yang biasa disebut dengan TB ekstra paru.

“TBC menular melalui udara ketika penderita batuk, bersin, atau berbicara, sehingga sangat mudah menyebar di lingkungan yang padat atau dengan ventilasi yang buruk,” katanya.

Untuk itu, masyarakat diimbau Riza untuk selalu menjaga kebersihan diri dan lingkungan, tidak merokok, mengonsumsi makanan bergizi untuk memperkuat sistem imun, berolahraga teratur serta segera memeriksakan diri ke fasilitas kesehatan jika mengalami gejala TBC seperti batuk yang tidak kunjung sembuh, penurunan berat badan drastis, demam, dan keringat malam.

“Selain itu, penting untuk tidak mengucilkan penderita TBC dan mendukung mereka untuk menjalani pengobatan hingga tuntas. Bagi masyarakat yang serumah dengan penderita TB, dianjurkan pula untuk mengonsumsi obat TPT atau terapi pencegahan TBC yang bisa diperoleh di puskesmas secara gratis,” pungkasnya. (ifa)