Sunyi yang Menyakitkan, Korban Kekerasan Perempuan dan Anak di Kotim Pilih Diam

perempuan dan anak
Ilustrasi dibuat menggunakan AI. (Properti Kaltengoke.com)

SAMPIT – Kekerasan terhadap perempuan dan anak di Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim) masih menjadi persoalan serius yang mengkhawatirkan. Meski setiap tahun sejumlah kasus tercatat dan mendapat pendampingan hukum maupun psikologis, kenyataannya angka itu diyakini hanya menggambarkan sebagian kecil dari kondisi nyata di lapangan.

Ketua Yayasan Lentera Kartini, Forisni Aprilista, menegaskan bahwa kasus yang terungkap hanyalah “fenomena gunung es” dari persoalan besar yang jauh lebih kompleks.

“Yang terlihat hanya sedikit, sementara kenyataan di bawah permukaan jauh lebih banyak. Banyak korban memilih diam karena takut tekanan sosial atau terhambat kondisi ekonomi,” ujarnya, Jumat (22/8/2025).

Forisni menyebut, korban kerap enggan melapor karena tidak mampu menanggung biaya proses hukum atau khawatir dengan stigma masyarakat. Padahal, kata dia, setiap korban berhak mendapatkan keadilan dan kepastian hukum.

Ia menekankan bahwa penanganan kasus kekerasan seharusnya tidak hanya berhenti di ranah hukum, tetapi juga menekankan aspek pencegahan dan perlindungan. Sinergi semua pihak, baik pemerintah daerah, aparat penegak hukum, hingga sektor swasta, sangat dibutuhkan untuk menciptakan lingkungan yang aman bagi perempuan dan anak.

“Pendampingan hukum memang penting, tetapi jauh lebih penting memastikan perempuan dan anak tidak lagi menjadi kelompok rentan. Pencegahan harus menjadi prioritas bersama,” tegasnya.

Kehadiran Yayasan Lentera Kartini bersama berbagai pihak di Kotim diharapkan mampu membuka ruang yang lebih luas bagi korban untuk berani bersuara. Sebab, di balik angka-angka yang tercatat, masih banyak kisah kelam yang belum pernah terungkap ke publik. (pri/cen)

BACA JUGA : Guru Honorer di Kotim Digaji Rp500 Ribu, Biaya Transportasi Hampir Sama Besar