PALANGKA RAYA-Empat kabupaten di Provinsi Kalteng mengalami bencana banjir. Diantaranya adalah Kabupaten Lamandau, Kabupaten Katingan, Kabupaten Kotawaringin Timur dan Seruyan.
Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana dan Pemadam Kebakaran (BP-BPK) Provinsi Kalteng, Ahmad Toyib, menyampaikan total jumlah yang terdampak yaitu empat kabupaten, 10 kecamatan, 61 Desa, 1.752 KK/7.858 jiwa. Sementara fasilitas umum sebanyak 46 unit, dan bangunan rumah 1.151 unit, tenda pengungsi satu unit.
“Berdasarkan laporan 29 Mei 2024, kejadian banjir di Kabupaten Lamandau ada satu kecamatan, dengan tinggi air 300 cm, terdampak 390 KK/1.360 jiwa, fasilitas umum 22 unit, dan bangunan rumah 30 unit, tenda pengungsi satu unit,” ujarnya, Kamis (30/5/24).
Sementara untuk insiden banjir di Kabupaten Katingan terdapat ada dua Kecamatan yang terdampak banjir dengan tinggi air 170 cm, warga yang terdampak 1.362 KK atau 3.944 Jiwa, fasilitas umum 24 unit, bangunan rumah 1.121 unit.
“Selanjutnya kejadian Banjir di Kabupaten Kotawaringin Timur ada empat kecamatan yang terdampak dengan tinggi air 130 cm, sedangkan banjir di Kabupaten Seruyan ada empat kecamatan dengan tinggi air 45 cm dan warga yang terdampak sebanyak 2.554 Jiwa,” ucapnya.
Ia membeberkan, dari empat kabupaten yang terdampak musibah banjir, Kabupaten Lamandau telah menetapkan status darurat bencana banjir sejak 17 April hingga 15 Juli 2024.
“Saat ini bantuan logistik masih dalam proses penyiapan. Kami juga menyiagakan tim siaga bencana dengan memantau kondisi terkini lapangan, melakukan koordinasi dengan aparat desa, menyiapkan evakuasi,” imbuhnya.
Terpisah, Wakil Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia (LHK RI), Alue Dohong, mengomentari daerah yang sedang dilanda banjir di Kalteng, menurutnya banjir yang sedang terjadi, lantaran lokasi tersebut dataran banjir. Hal tersebut disampaikan Alue, usai acara peresmian Daur Ulang (PDU) di Kota Palangka Raya.
“Untuk banjir, ada lokasi di Kalteng ini yang lokasinya dataran banjir. Jadi memang setiap tahun terkadang banjir, bukan karena pengaruh lain, tetapi memang dari dulu. Istilahnya daerah-daerah yang rawan tergenang,” katanya.
Ia menilai, selain banjir faktor dataran banjir, ini semua kemungkinan juga ada kontribusi dari lahan, maka dari itu ia mengaku akan mengendalikannya mulai sekarang.
“Banjir yang kian parah, sumber penyebabnya ada berbagai faktor alam seperti curah hujan, perubahan iklim, daya tampung sungai mengalami pendangkalan karena ada erosi, sedimentasi, sehingga badan-badan perairan harusnya dijaga agar daya tampung airnya dapat bertambah, dulu ada istilahnya pengerukkan sungai atau normalisasi, karena semakin sedimen, maka daya tampung semakin kecil, datang curah hujan maka semakin melimpah kemana-kemana,” pungkasnya. (ifa/cen)