Jiwa Besar Cornelis Hindari Benturan Sesama Anak Dayak

Cornelis
Cornelis Nalau Anton.

PALANGKARAYA – Meskipun menjadi pihak yang dizalimi, sosok Cornelis Nalau Anton telah menunjukkan kepada publik ia adalah sosok yang cinta damai dan berjiwa besar.

Sekalipun pihak Manajemen PT Berkala Maju Bersama (BMB) mengerahkan ratusan orang dari massa Ormas Dayak dalam menanggapi isu kehadiran Badan Komando Laskar Masyarakat Adat Dayak (BAKORMAD) Nasional di PT BMB tak membuat dirinya terpancing.

Komandan Pasukan Khusus BAKORMAD Nasional, Getris S Djimat, mengatakan jika melihat sosok Cornelis Nalau Anton dapat dengan mudah menggerakkan massa tandingan dari seluruh provinsi di Kalimantan.

Secara organisasi, Conelis Nalau Anton sebagai pemimpin organisasi pasukan Dayak terbesar di Indonesia dan memiliki kemampuan finansial yang mumpuni. Namun hal tersebut tak ia lakukan, bahkan sedikitpun tidak ada terlintas dalam pikirannya karena tidak ada kepentingan terkait rencana Damang tahinting pali.

Menurut mantan Ketua DPW Pemuda Pancasila ini, sikap diam Cornelis Nalau Anton tersebut menunjukan jiwa yang besar karena memahami risikonya, apabila terjadi benturan sesama anak Dayak.

Sementara pihak luar, seperti Basirun Panjaitan yang mengaku dirinya Direktur PT BMB merasa senang sudah berhasil mengadu domba sesama anak Dayak. Ia pun tidak peduli dengan kehancuran PT BMB karena bukan miliknya, apalagi dia hanya karyawan yang tak memiliki jasa seujung kuku pun dalam membangun PT BMB.

Sementara Ormas Dayak yang lain tidak menyadari hal ini, tambah Getris heran. Bahkan sampai ada Ormas Dayak pasang badan untuk Basirun Panjaitan yang notabene bukan orang Dayak, orang suku pendatang yang baru beberapa bulan menginjakkan kakinya di tanah Dayak.

Padahal Basirun Panjaitan sendiri tidak mempedulikan apa yang terjadi, termasuk kehancuran di PT BMB, karena dia karyawan yang baru beberapa bulan lalu duduk disana. Berbeda dengan Cornelis, ada historis sejarah berdirinya PT BMB ini.

“Beliau ini pemimpin yang cinta damai, berjiwa besar dengan mengambil sikap mengalah untuk kebaikan bersama. Walaupun dibangun opini oleh mereka, seakan-akan beliau ini menggunakan BAKORMAD untuk kepentingan pribadi dengan merebut dan menduduki BMB secara paksa. Padahal beliau ada disana karena ada kebunnya, ada tempat tinggalnya dilingkungan perumahan PMKS PT BMB,”terangnya.

“Beliau juga yang mendirikan perusahaan, mulai dari membuat nama jadi BMB hingga membangun pabrik. Lalu apa yang ditakutkan mereka, seolah-olah Panglima kami ini menggalang massa menduduki BMB adalah pikiran yang salah karena ketidaktahuan mereka,” jelas Getris Rabu (16/11/2022).

Kalau bicara kepemilikan lahan kebun, lanjut Getris, kebun inti BMB Manuhing ini hanya memiliki 1.026 hektare saja, belum lagi dipotong 20 persen untuk kebun plasma. Sedangkan kebun mitra untuk jaminan pasokan bahan baku PMKS PT BMB yang dibangun oleh CV Dua Putri yang sekarang menjadi PT Dua Putri Sinarlapan, yang mana sebagai pemilik saham tunggal adalah Cornelis Nalau Anton dengan total luas 6.334 hektare. Dari luas tersebut seluas 1.400 hektare dikelola oleh Koperasi Sinar Rungan Hapakat Bersama.

“Jadi kebun mitra inilah sebagai jaminan pasokan bahan baku membangun PMKS PT BMB. Tanpa jaminan kebun mitra, pabrik tidak bisa berdiri. Jadi jangan bangga dengan saham 96 persen atau 100 persen sekalipun. Karena faktanya, dengan luas lahan kebun inti 1,026 hektare PT BMB tidak bisa membangun PMKS tanpa bermitra dengan koperasi-koperasi yang dibina oleh PT Dua Putri Sinarlapan. Jadi wajar bila kemudian ada kerja sama dengan PT Dua Putri Sinarlapan sebagai pemasok tunggal bahan baku yang sekarang diputus secara sepihak,” urai Getris.

“Perlu orang-orang ketahui, kan selama ini dibangun opini terbalik seakan-akan saudara kami Cornelis ini ingin mengambil atau merebut yang bukan haknya. Padahal dalam perjalanannya, PT BMB ini didirikan oleh Cornelis dengan kepemilikan saham mayoritas 98 persen berdasarkan akta pendirian tertanggal 16-4-2011 Nomor 25 yang kemudian sahamnya dijual sebagian lalu membangun kebun mitra melalui CV Dua Putri atas kesepakatan bersama dari pemilik-pemilik saham,” ucap Getris menimpali penjelasannya.

Menyinggung ada klarifikasi dari pihak-pihak yang mengklaim hadir disana, seperti kehadiran oknum pengurus Dewan Adat Dayak (DAD) Kalteng yang hadir tanpa bisa menunjukkan surat tugasnya. Mereka beralasan untuk menengahi agar tidak terjadi gesekan antar sesama anak Dayak. Dan takut ditunggangi oleh satu kepentingan, adalah pernyataan yang lucu. Tidak berdasar dan memutar balikkan fakta. Karena pada saat itu tidak ada satupun massa dari Anggota BAKORMAD Nasional hadir disana, yang ada penduduk setempat dan anggota koperasi.

“Masa ia, menghadap damang dan mantir saja pihak BMB harus mengerahkan ratusan orang massa dari Ormas Dayak. Kan lucu, mereka yang menggerakkan massa, mereka yang ribut dan teriak-teriak, mereka juga yang merintangi tugas damang dan mantir. Tapi sekarang menyebutkan kehadiran mereka untuk mengamankan agar tidak terjadi gesekan antar sesama, karena kesalahpahaman. Memangnya ada ormas lain yang berseberangan dengan mereka hadir disana? Kan semua mereka yang ada disana,” ucap Getris seraya bertanya-tanya. (adv/rdo/cen)