Manisnya Sawit Diterpa Pahitnya Isu

isu
Karyawan perkebunan kelapa sawit PT Citra Putra Kebun Asri yang berinvestasi di Kabupaten Tanah Laut, Kalimantan Selatan, sedang menyortir buah kelapa sawit dari kebun petani, Kamis (11/11/2021). Foto: vinsensius.

Sementara Direktur Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan sekaligus Ketua Sekretariat Pelaksana Nasional RAN KSB/National Director SPOI UNDP, Ir.Dedi Junaedi, M.Sc, mengatakan langkah strategis yang diperlukan industri kelapa sawit Indonesia ke depan dalam rangka pengembangan kelapa sawit berkelanjutan, yaitu dengan memiliki sertifikasi ISPO.

Tujuan sertifikasi ISPO ini untuk memastikan dan meningkatkan pengelolaan serta pengembangan perkebunan kelapa sawit sesuai prinsip dan kriteria ISPO, meningkatkan keberterimaan dan daya saing hasil perkebunan kelapa sawit Indonesia di pasar nasional dan internasional, meningkatkan upaya percepatan penurunan emisi gas rumah kaca.

“Untuk persaingan di pasar global, sangat diperlukan adanya sertifikasi ISPO. Yang mana saat ini sudah tertuang dalam Permentan No.38 Tahun 2020 tentang Penyelenggaraan Sertifikasi Perkebunan Kelapa Sawit Berkelanjutan Indonesia,” terangnya.

Dedi Junaedi menyebutkan, luas kebun kelapa sawit yang sudah memiliki sertifikasi ISPO yakni, perkebunan swasta 610 bersertifikat dengan luas lahan 5,45 juta hektare, perkebunan milik negara 55 sertifikat dengan luasan lahan 320 ribu hektare, sedangkan milik perkebunan rakyat 17 sertifikat sebanyak 0,19 persen dari 6,72 hektare.

“Total kebun sawit bersertifikat ISPO, 5,8 juta hektare. Ini harus terus didorong, agar komoditas minyak kelapa sawit di Indonesia dapat bersaing di pasar global,” jelasnya.