MENJELANG perayaan Natal dan Tahun Baru (Nataru), Pemerintah Provinsi Kalimantan Tengah (Kalteng) dihadapkan pada tantangan ekonomi yang tidak ringan. Lonjakan konsumsi masyarakat yang lazim terjadi pada periode ini memang berpotensi mendorong pertumbuhan ekonomi, namun di sisi lain juga menyimpan risiko meningkatnya inflasi.
“Pemerintah Kalteng harus siap menghadapi situasi ini dengan strategi yang tepat dan terukur,” ujar Ekonom Muda, Herman Fland Dakhi, S.E.
Menurut Herman, peningkatan belanja masyarakat menjelang Nataru merupakan momentum positif bagi perputaran ekonomi daerah. Namun, tanpa diimbangi dengan kesiapan produksi dan kelancaran distribusi barang, lonjakan permintaan justru dapat memicu kenaikan harga.
“Jika suplai tidak memadai, inflasi sulit dihindari. Dampaknya akan paling terasa bagi masyarakat berpenghasilan rendah,” jelasnya.
Ia menekankan pentingnya langkah antisipatif dari pemerintah daerah, khususnya dalam menjaga ketersediaan dan stabilitas harga bahan pokok. Upaya tersebut dapat dilakukan melalui peningkatan produksi lokal, optimalisasi distribusi, serta pengawasan ketat terhadap rantai pasok.
Selain itu, pemerintah juga dinilai perlu memperkuat koordinasi lintas sektor, baik dengan pemerintah pusat maupun pemerintah kabupaten dan kota, guna mengantisipasi potensi gangguan pasokan dan spekulasi harga di pasaran.
“Pemerintah Kalteng harus bersikap proaktif agar masyarakat dapat merayakan Natal dan Tahun Baru dengan aman, nyaman, dan tanpa tekanan ekonomi yang berlebihan,” pungkas Herman.
Dengan perencanaan dan kebijakan yang tepat, Kalimantan Tengah dinilai mampu mengelola tantangan ekonomi menjelang Nataru sekaligus menjaga daya beli dan kesejahteraan masyarakat. (*/cen)



