Antrean Mengular di SPBU, Harga BBM di Kios Meroket hingga Rp 23 Ribu per Liter

spbu
Ilustrasi dibuat menggunakan AI. (Properti Kaltengoke.com)

PALANGKA RAYA — Kelangkaan bahan bakar minyak (BBM) beberapa hari terakhir membuat antrean kendaraan di sejumlah SPBU di Kalimantan Tengah (Kalteng) semakin mengular. Kondisi ini menyebabkan harga BBM nonsubsidi maupun subsidi yang dijual di kios pengecer melambung tinggi, bahkan mencapai Rp16.000 hingga Rp23.000 per liter untuk Pertalite, dan sekitar Rp25.000 per liter untuk Pertamax.

Kenaikan harga ini telah berlangsung hampir sepekan, dan membuat masyarakat semakin kesulitan mendapatkan BBM dengan harga normal.

Salah seorang warga, Wawan, mengatakan antrean panjang sudah terlihat bahkan sebelum SPBU buka.

“Masyarakat kesulitan antre di SPBU karena umumnya dikuasai pelangsir. Kalau pun ikut antre bisa berjam-jam,” ujarnya.

Menurut Wawan, para pemilik kios mini mengaku hanya bisa mendapatkan pasokan minim dari SPBU, yakni 30–60 liter per hari, sehingga harga penjualan kembali tidak bisa dikendalikan.

“Mereka bilang minyak susah. Kalau dapat pun sudah mahal dari pelangsir,” tambahnya.

Wawan mendesak pemerintah daerah untuk turun tangan mengawasi distribusi BBM agar akses masyarakat umum kembali normal.

Kondisi serupa dilaporkan terjadi di sejumlah daerah seperti Palangka Raya, Muara Teweh, Puruk Cahu, Ampah, hingga wilayah lainnya.

Menanggapi antrean panjang dan kenaikan harga BBM tersebut, Gubernur Kalteng, Agustiar Sabran, menegaskan bahwa pemerintah provinsi telah mengambil langkah cepat.

“Kami sudah memanggil Pertamina. Katanya masalahnya ada pada pasokan dan distribusi,” tegasnya, Jumat (21/11/2025).

Agustiar juga menyebut laporan masyarakat soal dugaan penyalahgunaan distribusi dan aktivitas pelangsir akan ditindaklanjuti.

“Kalau ada penyalahgunaan, laporkan. Nanti kami kirim ke aparat berwajib. Kami tidak senang melihat warga seperti mengemis untuk dapat minyak,” ujarnya.

Pemprov akan kembali memanggil Pertamina dan Dinas ESDM untuk mencari solusi distribusi dan menambah pasokan agar situasi segera normal.

Pihak PT Pertamina Patra Niaga Regional Kalimantan memastikan bahwa pihaknya telah melakukan pemulihan cepat pasokan BBM di wilayah Kalteng.

Area Manager Communication, Relations & CSR, Edi Mangun, menjelaskan bahwa gangguan pasokan terjadi karena keterlambatan kapal suplai Pertamax menuju Fuel Terminal (FT) Pulang Pisau akibat faktor cuaca serta meningkatnya konsumsi masyarakat.

Pertamina, kata Edi, telah melakukan sejumlah langkah percepatan distribusi termasuk penambahan pasokan dari terminal BBM lain.

Ia memastikan bahwa persoalan antrean bukan karena kuota BBM yang habis, melainkan distribusi dan lonjakan permintaan.

Selain itu, Edi turut meluruskan isu yang beredar mengenai bahaya etanol dalam BBM.

“Informasi bahwa Pertalite atau Pertamax dengan kandungan etanol merusak mesin adalah hoaks. Semua BBM yang dijual telah memenuhi standar spesifikasi pemerintah,” tegasnya.

Pertamina juga memastikan bahwa SPBU tetap mengikuti standar prosedur distribusi BBM dan menjaga kualitas produk yang diterima masyarakat. (cen)