DI tengah hiruk-pikuk dinamika menjelang Musyawarah Daerah (Musda) Partai Golkar Kalimantan Tengah (Kalteng), satu pertanyaan terus mengemuka di kalangan kader maupun pengamat. Seberapa kokoh sebenarnya “12 dukungan” untuk Fairid Naparin ketika sinyal restu dari DPP justru mengarah pada Edy Pratowo?
Musda Golkar Kalteng tahun ini bukan sekadar agenda rutin suksesi. Ia menjelma menjadi panggung pertarungan pengaruh antara kekuatan akar rumput, yang tercermin dalam dukungan mayoritas DPD kabupaten/kota dengan kekuatan struktural dan simbolik yang melekat pada calon yang dianggap paling dekat dengan DPP dan ketua umum.
Beberapa peristiwa belakangan memperkuat opini publik bahwa DPP condong kepada Edy Pratowo. Gestur politik berupa foto bersama Ketum Bahlil Lahadalia hingga sikap “malu-malu” tetapi menunjukkan diri dari Edy menjadi indikator bahwa mesin pusat tengah bergerak.
Dalam tradisi politik Golkar, restu DPP bukan sekadar simbol. Ia adalah game changer. Penentu arah permainan yang mampu menggeser peta dukungan, membalikkan dinamika, dan menentukan siapa yang benar-benar mengendalikan panggung politik. Ketika pusat sudah memberi sinyal, struktur di bawah biasanya akan menyesuaikan, dengan perlahan atau drastis, bergantung pada kepentingan lokal.
Fairid Naparin sebelumnya digadang-gadang memiliki keunggulan elektoral di tingkat DPD kabupaten/kota. Ia disebut mengantongi dukungan 12 DPD, sebuah angka yang jika solid, hampir mustahil dibendung.
Namun dinamika dukungan dalam kontestasi internal Golkar jarang bersifat permanen. Dengan mekanisme musda yang berbasis sistem mandataris, dukungan yang tampak kokoh di permukaan bisa saja mencair ketika membaca arah angin dari DPP.
Pada Rabu (23/7/2025) lalu, redaksi mencatat 12 dari 14 DPD kabupaten/kota telah menyatakan dukungan untuk Fairid. Dari jumlah itu, tujuh telah menyerahkan dukungan resmi tertulis. Baca selengkapnya di: https://kaltengoke.com/2025/07/23/fairid-naparin-digadang-pimpin-golkar-kalteng-12-dpd-sudah-nyatakan-dukungan/
Sementara itu, DPD Golkar Kotawaringin Barat (Kobar) kemudian menyusul menyerahkan dukungan pada Kamis (24/7/2025), sehingga jumlah dukungan tertulis melonjak menjadi 10 DPD. Baca selengkapnya di: https://kaltengoke.com/2025/07/25/dpd-golkar-kobar-resmi-dukung-fairid-naparin-maju-sebagai-ketua-golkar-kalteng/
Dari perspektif internal, angka ini bukan main-main. Golkar adalah partai yang sangat menghormati struktur daerah, dan suara DPD kerap menjadi indikator kuat arah keinginan mayoritas kader.
Arus dukungan masif ini tentu bukan muncul tiba-tiba. Fairid Naparin, Wali Kota Palangka Raya dua periode tentu memiliki modal politik yang tak dimiliki banyak kader. Reputasi eksekutif, visi modern, serta jejaring politik yang menjangkau pusat menjadi alasannya. Bagi sebagian besar DPD, Fairid adalah representasi kaum regenerasi muda dan pembaruan di tubuh Golkar Kalteng.
Ketua Bapilu DPD Golkar Kota Palangka Raya, Fajri, menyebut tren dukungan ini sebagai cerminan aspirasi kader yang mendambakan kepemimpinan baru, progresif, dan inklusif. Sementara Ketua DPD Golkar Kobar, H. Wisman, menegaskan bahwa dukungan mereka untuk Fairid merupakan keputusan bulat, bukan sekadar manuver.
Namun pertanyaannya kini. Apakah 12 dukungan itu merupakan komitmen keras atau hanya posisi awal sebelum peta berubah? beberapa indikator menunjukkan munculnya “gerakan sunyi” di akar rumput. Sebagian pengurus kabupaten/kota menunggu kejelasan restu DPP sebelum mengunci sikap. Beberapa berupaya menjaga hubungan aman dengan kedua figur. Bahkan, bisa saja berpotensi terjadinya pergeseran dukungan bila DPP resmi menyatakan pilihannya.
Artinya, kekokohan 12 dukungan tersebut sedang diuji oleh faktor paling menentukan. Yaitu, sinyal dari Jakarta.
Dalam kacamata redaksi, kontestasi kali ini bukan sekadar persaingan antar figur. Ia adalah pertarungan dua legitimasi. Legitimasi struktural dari atas. Edy Pratowo sebagai figur yang dinilai dekat dengan pusat, berpengalaman panjang, dan merepresentasikan stabilitas.
Legitimasi dukungan dari bawah. Fairid Naparin yang selama ini digandrungi DPD tingkat II, generasi muda partai, dan kelompok yang menginginkan pembaruan.
Musda yang dijadwalkan pada 29 November 2025 di Hotel Bahalap, Palangka Raya, akan menjawab pertanyaan fundamental. Suara siapa yang lebih menentukan arah Golkar Kalteng lima tahun ke depan?
Redaksi berkesimpulan, restu DPP untuk Edy Pratowo tampaknya semakin menguat. Dalam kultur Golkar, sinyal demikian jarang meleset. Sementara itu, 12 dukungan untuk Fairid Naparin tampak belum tentu goyah, namun juga belum terbukti sebagai benteng yang sepenuhnya kokoh.
Pada akhirnya, musda kali ini akan menjadi panggung uji kesetiaan, kecerdikan membaca arah kekuasaan, dan kemampuan masing-masing calon mengelola dinamika internal.
Satu hal yang pasti. Politik Golkar selalu penuh kejutan. Hingga palu musda diketuk, tidak ada yang benar-benar pasti. (*)
Penulis: Vinsensius
Catatan: Opini redaksi ini tidak mewakili kepentingan pihak manapun.



