PALANGKA RAYA — Dalam upaya memperkuat ketahanan masyarakat terhadap banjir tahunan, mahasiswa Universitas Palangka Raya (UPR) dari Fakultas Hukum dan Fakultas Teknik melaksanakan Program Mahasiswa Berdampak (PMB) bertajuk “Peningkatan Kapasitas Masyarakat dalam Mitigasi Banjir melalui Pelatihan dan Penerapan Rumah Amfibi Ark’a Modulam Type Alt 3 Pola A-2.1 di Wilayah Rawan Bencana.”
Program yang didanai hibah Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (KemendiktiSaintek) ini dilaksanakan di Desa Tewang Panjang, Kecamatan Katingan Tengah, Kabupaten Katingan.
Kegiatan meliputi pelatihan kesiapsiagaan bencana, sosialisasi teknologi rumah amfibi, hingga penerapan konstruksi fondasi adaptif berbasis sistem daya apung yang dirancang untuk menyesuaikan tinggi muka air saat banjir.
Warga diperkenalkan dengan teknologi Ark’a Modulam Type Alt 3 Pola A-2.1, inovasi rumah yang dapat mengapung saat banjir dan kembali menapak ke tanah ketika air surut. Selain pelatihan teknis, mahasiswa juga membentuk Organisasi Pemuda Tanggap Bencana Desa Tewang Panjang, yang akan dilegalkan oleh pemerintah desa sebagai wadah pemuda berperan aktif dalam mitigasi bencana.
Dekan Fakultas Hukum UPR, Dr. Thea Farina, menyampaikan apresiasi atas inisiatif mahasiswa yang telah membawa manfaat nyata bagi masyarakat.
“Program seperti ini mencerminkan semangat Tri Dharma Perguruan Tinggi, khususnya dalam pengabdian kepada masyarakat. Mahasiswa UPR tidak hanya berprestasi di kampus, tetapi juga mampu memberikan kontribusi langsung di lapangan,” ujarnya, Kamis (13/11/2025).
Ia menambahkan, program mitigasi berbasis teknologi lokal ini menjadi langkah awal menuju masyarakat yang adaptif terhadap perubahan iklim.
“Harapan saya, kegiatan ini dapat memberikan pengetahuan baru, membuka kesadaran bersama, dan menjadi langkah awal menuju pembangunan masyarakat yang lebih adaptif terhadap potensi bencana,” imbuhnya.
Sementara itu, Sekretaris Desa Tewang Panjang, Manuel Mangundap, menilai inovasi rumah amfibi tersebut sebagai solusi nyata bagi wilayah rawan banjir.
“Kegiatan ini sangat bermanfaat karena membantu masyarakat memahami cara menghadapi banjir dan mengenal inovasi rumah amfibi sebagai solusi hunian adaptif. Kami berharap kegiatan seperti ini dapat terus berlanjut,” tuturnya.
Melalui program ini, mahasiswa tidak hanya memberikan edukasi, tetapi juga melakukan pendampingan teknis pembangunan prototipe rumah amfibi yang dapat diterapkan secara mandiri oleh warga. Konsep ini diharapkan menjadi alternatif hunian berbiaya terjangkau bagi masyarakat di bantaran sungai dan dataran rendah.
Program PMB BEM UPR ini menjadi salah satu bentuk nyata penerapan inovasi kampus ke masyarakat, sekaligus kontribusi konkret dalam mendukung pembangunan daerah rawan bencana di Kalimantan Tengah. (rdi/cen)



