SAMPIT – Anggota DPRD Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim) dari Daerah Pemilihan (Dapil) III, Eddy Mashamy, mendorong pemerintah daerah untuk segera merealisasikan pembangunan ikon Kecamatan Samuda. Ia menilai, pembangunan ini bukan sekadar proyek infrastruktur, tetapi langkah strategis untuk membangkitkan kembali kejayaan Samuda sebagai kota pelabuhan bersejarah.
“Kalau kita bicara pembangunan, jangan hanya soal jalan atau gedung, tapi juga identitas daerah. Samuda ini dulu dikenal sebagai kota industri dan pelabuhan besar. Sudah waktunya kejayaan itu kita hidupkan kembali,” ujar Eddy, Kamis (30/10/2025).
Menurutnya, pembangunan ikon Samuda harus menjadi bagian dari penataan kota secara menyeluruh, termasuk pembenahan pasar, drainase, dan kebersihan lingkungan. Ia menyoroti kondisi Pasar Umar Hasyim Samuda yang dinilainya sudah tidak layak dan perlu segera direvitalisasi.
“Pasar Umar Hasyim itu kondisinya memprihatinkan. Kalau dibiarkan, nanti jadi masalah besar. Coba lihat Sampit, membenahi kota saat sudah padat itu sulit. Samuda jangan sampai menunggu terlambat,” tegasnya.
Eddy mengatakan, momentum saat ini tepat untuk mulai menata Samuda menuju kawasan modern dan berdaya saing. Pemerintah daerah, menurutnya, perlu melibatkan berbagai pihak, termasuk investor dan masyarakat, agar proses pembangunan berjalan optimal.
Ada dua titik yang diusulkan menjadi lokasi pembangunan bundaran ikon, yakni Simpang Jalan HM Arsyad–Partoe Muksin dan Simpang Jalan HM Arsyad–Ali Badrun. Keduanya dinilai strategis, representatif, dan memiliki nilai estetika tinggi.
“Titik itu bagus secara geografis, dekat dengan permukiman, dan bisa jadi titik nol-nya Samuda. Dari situ kita bisa bangun identitas kota, baik untuk arah ke Seruyan maupun ke Sampit,” jelasnya.
Eddy juga mengusulkan agar desain ikon Samuda dibuat melalui sayembara terbuka yang melibatkan masyarakat. Ia menilai, pendekatan partisipatif akan menumbuhkan rasa memiliki dan memperkuat karakter lokal.
“Kita punya potensi kelapa, padi, hasil bumi, dan sejarah pelabuhan. Semua itu bisa jadi inspirasi desain ikon Samuda. Kalau masyarakat ikut terlibat, mereka akan merasa bangga dan ikut menjaga,” katanya.
Selain itu, Eddy menyinggung soal pelabuhan Samuda yang kini tidak lagi aktif akibat pendangkalan muara. Akibatnya, aktivitas bongkar muat dan tol laut dialihkan ke daerah lain, membuat roda ekonomi setempat menurun drastis.
“Dulu barang-barang semua murah karena kapal langsung bongkar di sini. Sekarang pelabuhan besar itu tidak berfungsi lagi. Karena itu, pembangunan ikon ini bisa jadi pemantik baru untuk menggerakkan kembali ekonomi Samuda,” ujarnya.
Politisi Partai Amanat Nasional (PAN) itu menegaskan, pembangunan ikon bukan sekadar proyek simbolik, tetapi awal kebangkitan ekonomi wilayah selatan Kotim.
“Kalau ikon sudah berdiri, Samuda akan punya ciri khas yang mudah dikenali. Ada kebanggaan di masyarakat, dan itu bisa menumbuhkan semangat ekonomi dan pariwisata,” tandasnya. (pri/cen)
BACA JUGA : Serangan Buaya di Desa Camba, DPRD Kotim Imbau Warga Tingkatkan Kewaspadaan



