SAMPIT — Warga Kota Sampit, Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim), tengah menghadapi krisis ketersediaan BBM jenis Pertalite. Kelangkaan ini memicu antrean panjang di sejumlah SPBU, bahkan memaksa sebagian warga beralih ke bahan bakar non-subsidi seperti Pertamax yang harganya jauh lebih tinggi.
Berdasarkan pantauan Jumat (30/5/2025), hanya segelintir SPBU yang masih memiliki stok Pertalite (RON 90).
Di lokasi-lokasi tersebut, kendaraan bermotor tampak mengular hingga puluhan meter, menunjukkan urgensi dan keresahan masyarakat terhadap situasi ini.
“Saya sudah keliling dari Baamang sampai Ketapang, hampir semua SPBU kosong. Kalau pun ada, antreannya luar biasa panjang,” ujar Rudi, warga Sampit.
Senada, warga lain bernama Yanto mengaku lebih memilih membeli Pertamax demi efisiensi waktu meski harus merogoh kocek lebih dalam.
“Kadang antre sampai satu jam lebih. Mau nggak mau saya pilih isi Pertamax aja, meski mahal, tapi nggak buang waktu,” ujarnya.
Menurutnya, kelangkaan Pertalite bukan hal baru, dan semakin sering terjadi dalam dua bulan terakhir.
Dikonfirmasi terpisah, pihak Pertamina melalui Muhammad Yusril, Lead Operator Receiving, Storage, and Distribution (RSD) IT Sampit – Pertamina Patra Niaga, membenarkan bahwa kelangkaan disebabkan terlambatnya pengiriman pasokan BBM dari luar daerah.
“Pengiriman dari Kotabaru belum masuk. Kami sudah berkoordinasi dengan pihak regional Kalimantan untuk percepatan suplai,” jelasnya.
Ia menambahkan bahwa kondisi ini bersifat sementara, dan pasokan diperkirakan akan kembali normal pada awal Juni 2025. (pri/cen)
BACA JUGA : Jumlah Ormas di Kotim Meningkat, Pemkab Perkuat Pengawasan