PASOKAN minyak goreng kini makin menipis dan sulit ditemukan. Kenaikan harga minyak goreng telah terjadi sejak akhir 2021 dan sampai saat ini belum terselesaikan. Harga minyak goreng yang melambung tinggi membuat sejumlah warga mulai kesulitan menemukan minyak goreng di alfamart, Indomaret bahkan di toko-toko terdekat lainnya.
Setiap ritel mematok harga yang berbeda beda mulai dari 20.000 hingga 25.000/liter dari berbagai merek. Presiden Joko Widodo menggelar rapat terbatas membahas minyak goreng yang langka di pasaran. Ia menyebut, kalau pemerintah bersungguh-sungguh memperhatikan ketersediaan minyak goreng. Pernyataan itu disampaikan Jokowi melalui akun Instagram @jokowi pada Selasa (15/3/2022).
Setelah rapat terbatas yang dipimpin oleh Presiden Joko Widodo, Selasa (15/3/2022) lalu, Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo mengatakan bahwa pihaknya akan melakukan pengawalan terhadap distribusi dan ketersediaan minyak goreng di pasaran.
Dalam kesempatan itu, Jokowi juga mengumumkan bahwa pemerintah memberikan subsidi untuk harga minyak kelapa sawit curah. Pemerintah memutuskan melakukan subsidi untuk minyak goreng curah sebesar Rp 14.000/liter.
Subsidi akan diberikan berbasis dengan dana dari Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) dalam Biro Pers, Media, dan Informasi Sekretariat Presiden (15/3/2022).
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menjelaskan bahwa subsidi terhadap minyak goreng curah diberikan lantaran pemerintah telah mempertimbangkan situasi dan keadaan terkait distribusi minyak goreng saat ini.
Kelangkaan minyak goreng di pusat perbelanjaan ritel modern disebabkan oleh terhambatnya pasokan dari distributor serta ulah para spekulan. Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi membeberkan ada dua kemungkinan penyebab minyak goreng langka di pasaran.
Pertama, lantaran ada kebocoran untuk industri, yang kemudian dijual dengan harga tak sesuai patokan pemerintah.Kedua, ada penyelundupan dan penimbunan dari sejumlah oknum. (*)
Penulis: Novika Sari Erlikusuma (Mahasiswa Fakultas Hukum, Universitas Palangka Raya)