PALANGKA RAYA – Ketimpangan distribusi guru di Provinsi Kalimantan Tengah (Kalteng) masih menjadi persoalan serius. Mayoritas tenaga pendidik terkonsentrasi di wilayah perkotaan, sementara desa dan daerah pedalaman masih mengalami kekurangan guru.
Pelaksana Tugas (Plt.) Kepala Dinas Pendidikan Kalteng, Muhammad Reza Prabowo, mengungkapkan bahwa secara jumlah sebenarnya guru di Kalteng sudah mencukupi.
“Guru kita sekitar 10 ribu orang, siswa 97 ribu. Secara logika, satu guru mengajar sepuluh siswa. Tapi kenyataannya tidak begitu,” ujarnya, Selasa (25/11/2025).
Menurut Reza, ketimpangan terjadi karena distribusi guru belum merata. Pemindahan guru ke wilayah pedalaman bukan hanya soal administrasi, melainkan terkait kondisi sosial, keluarga, dan biaya hidup yang berbeda.
“Kalau memutasi guru ke pedesaan, kita harus siapkan jaring-jaringnya. Tunjangannya, tempat tinggalnya, keluarganya ikut pindah. Ini bukan hal sederhana,” tegasnya.
Ia menambahkan, ketimpangan distribusi guru bukan hanya masalah daerah, tetapi isu nasional. Meski demikian, Pemprov berkomitmen mengecilkan gap kualitas pendidikan antara perkotaan dan pedalaman.
“Anak-anak di pedalaman punya hak yang sama untuk mendapat pendidikan berkualitas. Itu pesan tegas Pak Gubernur,” ucapnya.
Sebagai langkah cepat mengatasi kekurangan tenaga pendidik di daerah sulit dijangkau, Pemprov kini mendorong pembelajaran hybrid sebagai bagian dari strategi jangka pendek.
Program tersebut diharapkan menjembatani kebutuhan guru sambil menunggu penataan distribusi dan kebijakan penempatan yang lebih komprehensif. (ifa/cen)
BACA JUGA : Gubernur Kalteng Terapkan Mekanisme CSR Satu Pintu untuk Perkuat Pembangunan Daerah



