PALANGKA RAYA – Populasi orangutan di Kalimantan Tengah (Kalteng) diperkirakan telah mencapai lebih dari 31 ribu individu, berdasarkan data terakhir tahun 2016. Namun, Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Kalteng menilai data tersebut perlu diperbarui agar strategi konservasi ke depan lebih akurat dan relevan.
Hal ini menjadi fokus utama dalam pertemuan bertajuk Orangutan Regional Meeting, yang digelar pada 23–24 Juni 2025 di Palangka Raya. Pertemuan ini melibatkan berbagai pemangku kepentingan, termasuk organisasi konservasi, akademisi, sektor swasta, dan komunitas lokal.
Kepala BKSDA Kalteng, Andi Muhammad Kadafhi, menegaskan pentingnya pemutakhiran data populasi, sebaran, dan viabilitas habitat orangutan di Kalteng.
“Data ini akan menjadi dasar penyusunan strategi konservasi yang lebih tepat sasaran. Mengingat tantangan yang semakin kompleks, kita perlu informasi terkini untuk merespon kondisi lapangan secara efektif,” jelasnya, Senin (23/6/2025).
Data terakhir yang digunakan BKSDA merujuk pada survei tahun 2014–2016. Namun, kondisi hutan dan tekanan terhadap habitat orangutan diyakini telah berubah secara signifikan sejak saat itu.
Sementara itu, Direktur Konservasi Spesies Genetik KLHK, Nunu Anugrah, menambahkan bahwa hasil dari pertemuan ini akan menjadi landasan penting untuk memperbarui Strategi dan Rencana Aksi Konservasi (SRAK) Orangutan Regional Kalteng, sekaligus proyeksi keberlangsungan populasi dalam 10 tahun ke depan.
“Data bukan hanya angka. Ia adalah dasar dari kebijakan dan tindakan nyata untuk menyelamatkan masa depan orangutan Kalimantan,” ujarnya.
Diskusi teknis dalam forum ini dilakukan secara berkelompok untuk memetakan sebaran populasi, menilai kondisi habitat, serta memperkirakan daya dukung lingkungan. Kegiatan ini juga memperkuat sinergi antar lembaga seperti FORINA, FORKAH, BOS Foundation, BNF, WWF, dan mitra lainnya. (ifa/cen)
BACA JUGA : Sempat Sangkut di Pohon, BKSDA Berhasil Evakuasi Orangutan