BMKG: Musim Kemarau di Selatan Kotim Baru Dimulai Akhir Juni, Waspadai Potensi Karhutla

bmkg
Kepala BMKG Kotim, Mulyono Leonardo saat diwawancarai awak media. FOTO APRI

SAMPIT – Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memperkirakan musim kemarau di wilayah selatan Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim), baru akan dimulai pada akhir Juni 2025.

Wilayah seperti Kecamatan Baamang dan Ketapang saat ini masih berada dalam masa pancaroba atau peralihan musim.

Kepala BMKG Kotim, Mulyono Leonardo, menjelaskan bahwa berdasarkan pemantauan cuaca terkini, awal musim kemarau akan terjadi setelah tanggal 20 Juni.

“Kalau melihat prakiraan terbaru, awal kemarau untuk wilayah selatan seperti Baamang dan Ketapang akan terjadi di atas tanggal 20 Juni,” ungkap Mulyono, Rabu (11/6/2025).

Berdasarkan data BMKG, curah hujan di wilayah tersebut pada dasarian ketiga Mei 2025 masih relatif tinggi, yakni lebih dari 50 mm.

Hal ini menjadi salah satu penyebab pergeseran waktu datangnya musim kemarau dari prediksi awal.

Fenomena bibit siklon tropis di utara Kalimantan juga disebut turut berkontribusi terhadap tingginya intensitas hujan di Kotim.

Siklon ini memicu pertumbuhan awan hujan, meski secara umum wilayah sudah mengarah pada tren pengeringan.

“Masih ada hujan karena adanya bibit siklon tropis di utara Kalimantan yang berdampak pada pembentukan awan di daerah kita,” jelas Mulyono.

Sementara itu, wilayah tengah Kotim seperti Mentaya Hulu diperkirakan akan menyusul memasuki musim kemarau pada dasarian ketiga Juni.

Adapun puncak kemarau di Kotim diprediksi akan terjadi pada bulan Agustus, namun durasi musim kering tahun ini diperkirakan lebih singkat dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.

“Puncaknya nanti di Agustus, tapi secara keseluruhan musim kemarau tahun ini akan lebih pendek,” tambahnya.

BMKG mengingatkan masyarakat, khususnya di wilayah selatan Kotim, untuk tetap meningkatkan kewaspadaan terhadap potensi kebakaran hutan dan lahan (karhutla), meskipun kondisi kekeringan masih tergolong normal.

“Ancaman karhutla tetap ada. Jadi meskipun kekeringan tidak ekstrem, kewaspadaan harus tetap kita tingkatkan,” tutup Mulyono. (pri/cen)

BACA JUGA : 10 Titik Karhutla Terdeteksi di Kotim, BPBD Siaga di Musim Kemarau