PALANGKA RAYA – Inflasi di Provinsi Kalimantan Tengah (Kalteng) tercatat mengalami kenaikan yang signifikan pada Maret 2025. Baik secara tahunan (y-o-y) maupun bulanan (m-t-m).
Kepala BPS Provinsi Kalteng, Agnes Widiastuti, mengungkapkan bahwa inflasi Kalteng pada Maret 2025 tercatat sebesar 1,33 persen (y-o-y), lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata inflasi nasional yang hanya mencapai 1,07 persen (y-o-y). Sementara itu, inflasi bulan ke bulan (m-t-m) di Kalteng tercatat sebesar 1,71 persen, yang juga lebih tinggi dari angka inflasi nasional yang berada di angka 1,65 persen.
“Inflasi ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya adalah peningkatan harga pada beberapa komoditas penting. Namun, ada juga komoditas yang mengalami penurunan harga atau deflasi,” ungkap Agnes.
Lebih lanjut, Agnes menjelaskan, beberapa komoditas yang memberikan andil terbesar terhadap inflasi bulanan di Kalteng. Di antaranya adalah tarif listrik yang berkontribusi sebesar 1,30 persen, cabai rawit sebesar 0,15 persen, bawang merah sebesar 0,08 persen, emas perhiasan sebesar 0,04 persen, dan mie kering instan sebesar 0,03 persen.
“Selain itu, meskipun inflasi secara umum meningkat, ada beberapa komoditas yang justru mengalami penurunan harga, seperti daging ayam ras (0,16 persen), bayam (0,03 persen), ikan nila dan ikan peda (masing-masing 0,02 persen), serta kangkung (0,01 persen),” tambahnya.
Agnes juga menyebutkan, bahwa Indeks Harga Konsumen (IHK) di empat kabupaten/kota di Kalteng secara month-to-month mengalami inflasi. Inflasi tertinggi tercatat di Kabupaten Sukamara dengan angka 2,07 persen, diikuti oleh Kota Palangka Raya yang mencapai 1,69 persen, Kabupaten Kapuas 1,59 persen, dan terakhir Sampit yang mengalami inflasi sebesar 1,77 persen.
“Secara keseluruhan, tarif listrik, cabai rawit, dan bawang merah menjadi komoditas dominan yang memberikan andil terhadap inflasi bulan ini. Kenaikan harga-harga ini juga dipengaruhi oleh permintaan yang tinggi menjelang bulan Ramadan, di mana banyak pedagang musiman yang mulai berjualan lauk untuk berbuka puasa,” jelas Agnes.
Agnes juga mengungkapkan, bahwa salah satu penyebab utama lonjakan harga bawang merah di Kalteng adalah berkurangnya stok dari sentra produksi di Jawa, yang disebabkan oleh belum masuknya musim panen dan penurunan hasil produksi akibat curah hujan yang tinggi. Selain itu, harga emas perhiasan juga tercatat mengalami kenaikan seiring dengan harga emas dunia yang terus meningkat, terutama menjelang Hari Raya Idulfitri, di mana masyarakat cenderung membeli emas sebagai simbol perayaan.
Menanggapi hal tersebut, Yuas Elko, menegaskan bahwa pemerintah provinsi (Pemprov) terus melakukan berbagai upaya untuk menjaga stabilitas ekonomi dan mengendalikan inflasi. Salah satunya adalah melalui peningkatan ketahanan pangan di daerah, yang diupayakan dengan program-program seperti panen raya dan pengecekan terhadap fasilitas-fasilitas yang berperan dalam mendukung ketahanan pangan.
“Bapak Gubernur sudah melakukan panen raya dan pengecekan Rice Milling Unit (RMU) di Kabupaten Pulang Pisau untuk memastikan ketersediaan beras. Selain itu, beliau juga mengecek pabrik pakan ternak untuk memastikan pasokan bahan pangan yang memadai dan mendukung kesejahteraan para petani dan peternak di Kalteng,” tutup Yuas Elko. (ifa/cen)