Dari Joki Skripsi hingga Toilet tanpa Air

mahasiswa
Ratusan mahasiswa yang tergabung dalam KBM UPR menggelar aksi di halaman Rektorat UPR, Jumat (8/9/2023). Foto:maruli

PALANGKA RAYA – Ratusan mahasiswa yang tergabung dalam Keluarga Besar Mahasiswa (KBM) Universitas Palangka Raya (UPR) menggelar aksi di halaman Rektorat UPR, Jumat (8/9/2023).

Aksi tersebut menuntut agar rektor UPR menyelesaikan permasalahan yang ada di dalam kampus. Yakni, terkait dengan persoalan fasilitas, praktik pungutan liar (Pungli) dan transparansi anggaran untuk kegiatan kemahasiswaan.

Dalam demonstrasi bertajuk Aksi Geruduk Rektorat tersebut, mahasiswa menuntut hak-hak yang selama ini dinilai tidak pernah terealisasi oleh pihak kampus. Padahal, mahasiswa sudah membayar kuliah dengan sistem uang kuliah tunggal (UKT) dengan biaya yang tidak murah.

Mahasiswa menilai kampus tidak memberikan fasilitas dan pelayanan pendidikan yang memadai. Bahkan jauh dari rasa nyaman. Hal ini disampaikan Presiden BEM UPR, Permutih Imam Basar.

“Keresahan ini selalu kita suarakan. Namun jawabannya selalu normatif dari pihak rektorat. Kali ini kita memilih jalan untuk menyuarakan secara langsung kepada rektor,” ucapnya.

Ia membeberkan, sejumlah keresahan yang selama ini dirasakan oleh mahasiswa seperti fasilitas tidak standar. Dalam ruang kuliah tidak ada AC, tidak ada proyektor, toilet tanpa ada aliran air, parkiran yang becek, pembatasan penggunaan lift pada gedung kuliah merah putih, kurangnya kursi dan mahasiswa angkatan 2022 yang belum mendapatkan almamater dan kartu tanda mahasiswa (KTM).

“Selain itu, keresahan tentang aktivitas pungli yang masih dilakukan oleh sejumlah oknum di UPR. Seperti pembayaran untuk mendapatkan nilai, penawaran joki skripsi oleh dosen dan mengharuskan menebus buku untuk lulus mata kuliah,” ungkapnya.

“Bahkan ada mahasiswa diberi denda harus membayar Rp 200 ribu dan satu dus indomie ketika menggunakan lift di gedung kuliah merah putih,” katanya.

Dari persoalan-persoalan yang ada tersebut, pihaknya pun memberikan pernyataan atau tuntutan secara tertulis kepada rektor.

“Kita sampaikan tuntutan kita kepada rektor agar bisa diselesaikan. Sehingga mahasiswa yang menggali ilmu di kampus UPR dapat belajar dengan nyaman,” tegasnya.

Sementara itu, Rektor UPR, Prof Dr Ir Salampak, menemui aksi mahasiswa secara langsung. Ia menyampaikan terima kasihnya atas penyampaian tuntutan mahasiswa tersebut.

“Saya sangat senang jika anak-anak bisa ketemu dengan saya. Hari ini adalah momen penting untuk saya, sekarang kawal saya untuk membangun UPR. Setiap keresahan yang ada akan kita tindaklanjuti,” ucapnya.

Rektor juga menyampaikan, bahwa selama ini dirinya tidak hanya duduk dan menerima laporan dari setiap fakultas, namun keliling melakukan pemeriksaan.

Salampak juga mengaku sedih atas adanya tindakan yang merugikan mahasiswa oleh oknum dosen dan tenaga pendidik yang tidak ramah dalam memberikan pelayanan kepada mahasiswa. Terkait lift, dirinya mengatakan, bahwa sebenarnya fasilitas lift tersebut belum bisa digunakan karena belum ada standar kelayakan.

“Ini akan saya evaluasi. Kawal dan dampingi saya dalam melakukan pembenahan. Karena setiap saya sampaikan arahan ada oknum di fakultas selalu mengangguk tapi tidak dilaksanakan. Sampaikan ke saya setiap fakta yang kalian (mahasiswa) temui dan kami segera tindaklanjuti,” pungkasnya. (rul/ihz/cen)