PALANGKA RAYA – Pemerintah Provinsi bersama dengan Dinas Perkebunan Provinsi Kalteng menggelar Workshop dan Pelatihan Budidaya Kakao bagi Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL), Staff Fairventures Worldwide (FVW) dan Petani Andalan di Aula Dinas Perkebunan Provinsi Kalteng, Rabu (7/6).
Workshop ini digelar guna meningkatkan pengetahuan dan keterampilan mereka dalam mengembangkan budidaya tanaman kakao yang lebih efektif dan berkelanjutan.
Asisten Bidang Perekonomian dan Pembangunan, Leonard S. Ampung mewakili Sekda Provinsi Kalteng dalam sambutannya mengatakan, bahwa beberapa tahun terakhir, tanaman kakao semakin mendapatkan perhatian yang besar sebagai sumber pendapatan ekonomi dan peningkatan kesejahteraan masyarakat.
“Kakao yang ada di daerah kita setelah diteliti ternyata tidak kalah dengan produk luar negeri. Nantinya, ini akan dikembangkan dan terus dilakukan mapping untuk menemukan daerah-daerah yang cocok ditanami kakao lebih luas lagi,” ucapnya.
Menurut Leo, selain dilihat dari kualitasnya, harga jual kakao yang ada di Kalteng juga sudah mampu bersaing. Kakao disebut menjadi pilihan komoditi yang sangat potensial sebanding dengan perkebunan sawit.
“Kalau kita lihat, sejauh ini yang potensial tanahnya cocok untuk ditanami kakao berada di Barito Timur, Gunung Mas dan Katingan. Daerah tersebut memiliki kandungan mineral lebih banyak dan bukan daerah rawa,” jelas Leo.
Lebih lanjut dikatakannya, meski hanya terbilang di tiga daerah, kedepan masih akan meninjau kembali daerah lainnya untuk bisa diidentifikasi menjadi lahan yang cocok ditanami kakao.
“Luas sebaran kakao yang sudah ter mapping sekitar 600 hektare se-Kalteng. Maka ini harapannya bisa terus dikembangkan lagi,” imbuh Leo.
Di tempat yang sama, Plt. Kepala Dinas Perkebunan Provinsi Kalteng, Rizky Ramadhana Badjuri, mengharapkan kakao menjadi komoditas unggulan melalui upaya hilirisasi yang turut mendongkrak nilai ekonomi.
“Biji kakao kita sudah diuji di Swiss dan hasilnya excellent. Jadi, sekarang kalau sudah ada hilirisasi berarti nilai ekonominya berjalan. Dari sini paling tidak kan ada harapan. Petani sudah menanam, tanah dan bibitnya juga mendukung tinggal produk penjualannya bersama Pemprov mendorong,” ungkapnya.
Saat dilaporkan oleh Rizky, data terkini di Kabupaten Bartim terkumpul telah memiliki jumlah 400 lebih para petani budidaya kakao. Dengan ini pula diharapkan dapat memproduksi produk unggulan yang berdaya saing hingga ke luar pulau.
“Tanah kita sudah bisa menghasilkan bibit dan produksi kakao yang bagus jadi jangan kecil hati apalagi didampingi teknis pada pelatihan hari ini,” tandasnya. (fit*)