Kerja Keras Bersama Diperlukan untuk Tangani Stunting

Kerja Keras Bersama
Ketua DWP Kabupaten Katingan, Nanti Pransang saat memberikan Vitamin A kepada salah seorang balita saat kegiatan Pelayanan Posyandu, baru-baru ini. Foto: IST

KASONGAN – Ketua Dharma Wanita Persatuan (DWP) Kabupaten Katingan, Nanti Pransang menghadiri, kegiatan Bakti Sosial Pelayanan Posyandu dalam Rangka Peringatan Hari Gizi Nasional ke-63, Tahun 2023 di Posyandu Teratai Kecamatan Katingan Hilir, baru-baru ini.

Dalam kegiatan itu, Ketua DWP yang merupakan isteri Sekda Katingan Pransang, S.Sos memberikan Vitamin A bagi para balita serta menyerahkan bantuan bagi Kader Posyandu Kecamatan Katingan Hilir.

Pada kesempatan itu, Ketua Persatuan Ahli Gizi Kabupaten Katingan, Erawaty menyampaikan, bahwa kegiatan ini merupakan salah satu agenda rutin setiap tahunnya dalam rangka Peringatan Hari Gizi Nasional.

“Kita melakukan bakti sosial yang meliputi pengukuran antropometri, pemeriksaan kesehatan serta pemberian Pendamping Makanan Tambahan (PMT) untuk balita. Salah satu tujuan bakti sosial ini, dalam rangka penanganan stunting bagi balita dalam gizi buruk,” jelasnya.

Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan Katingan, Glorikus dalam sambutannya yang dibacakan Sekretaris Dinas, Lismawaty menyampaikan, angka stunting di Katingan masih tinggi yaitu 29,9 persen (SSGI 2022).

Terjadi kenaikan dari tahun sebelumnya sebesar 0,6 persen. Dimana SSGI 2021, berada di angka 29,3 persen.

“Untuk mengejar target pada tahun 2024 sebesar 14 persen, sangat memerlukan kerja keras dari kita bersama. Bakti sosial hari ini juga mengawali kegiatan pembinaan di tujuh posyandu yang ada di tiga kecamatan. Yaitu Kecamatan Katingan Hilir dua Posyandu, Kecamatan Pulau Malan tiga Posyandu dan Kecamatan Tewang Sangalang Garing dua Posyandu,” ujar Lismawaty.

Untuk diketahui, kasus stunting di Indonesia berdasarkan SSGI Kementerian Kesehatan RI, mayoritas ditemukan pada anak rentang usia 24-35 bulan. SSGI mencatat, mayoritas kasus stunting di Indonesia ditemukan pada anak rentang usia 24-35 bulan dengan persentase 26,2 persen.

Kemudian kasus stunting di kelompok usia lahir mencapai 18,5 persen, usia 0-5 bulan 11,7 persen, dan 12-23 bulan mencapai 22,4 persen. Anak usia 36-47 bulan yang mengalami stunting sebesar 22,5 persen dan usia 48-59 bulan mencapai 20,4 persen.

Presiden Joko Widodo meminta pemerintah daerah harus memberikan intervensi pada masa kritis balita, demi mendukung target penurunan stunting nasional menjadi 14 pada 2024.

Adapun masa kritis yang dimaksud adalah saat anak berumur kurang dari 24 bulan. Pada umur tersebut anak harus diberikan makanan alami untuk menghindari stunting. (ndi)