PULANG PISAU – Penyakit mulut dan kuku (PMK) pada ternak sapi telah muncul di beberapa daerah di Pulau Jawa. Dinas Pertanian Kabupaten Pulang Pisau pun telah melakukan langkah antisipasi terhadap penyebaran penyakit tersebut. Yakni dengan melakukan surveilance di lapangan.
“Berdasar hasil surveilance yang dilakukan oleh teman-teman para dokter hewan di lokasi di tingkat lapangan, untuk sementara ini Kabupaten Pulang Pisau masih aman dari PMK untuk ternak sapi,” kata Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Pulang Pisau Slamet Untung Riyanto melalui Kepala Bidang Peternakan, Dinas Pertanian Kabupaten Pulang Pisau, Ibrahim, Senin (19/5/2022).
Ibrahim mengaku, hasil surveilance itu sudah dilaporkan kepada tim gugus tugas PMK Kalimantan Tengah di Provinsi Kalimantan Tengah. Lanjutnya, bahwa tim yang ditugaskan bekerja untuk antisipasi terhadap wabah PMK ini.
Semua pihak berdoa dan berharap, ucap Ibrahim, mudah-mudahan wabah ini tidak terjadi atau menyerang di wilayah kita. Untuk ciri-ciri sapi yang terkena PMK, lanjut Ibrahim. Salah satunya adalah adanya memar atau luka-luka pada mulut dan lidah, seperti orang terkena sariawan.
“Kalau pada kaki, terjadi adanya pembengkakan di sela-sela kuku pada ternak sapi. Kondisi itu bisa mengakibatkan ternak tidak bisa berdiri normal,” jelasnya.
Untuk pencegahannya, lanjut dia, adalah dengan pemberian obat antibiotik, vitamin dan mineral pada ternak sapi tersebut.
“Yang sudah terserang terkena memerlukan sanitasi kandang dengan penyemprotan disinfektan,” tandasnya.
Sebelumnya dia mengungkapkan, populasi ternak sapi di Kabupaten Pulang Pisau tersebar di empat kecamatan. Yakni, Kecamatan Kahayan Hilir, Maliku, Pandih Batu dan Kecamatan Kahayan Kuala. Di empat kecamatan tersebut lah sentra populasi ternak sapi. Untuk pola peternakan, lanjut dia, ada dua pola. Yakni penggemukan dan pembibitan.
“Untuk penggemukan arahnya untuk kebutuhan daging atau sapi potong. Kalau untuk penggemukan, peternak panen setiap 6 bulan sekali,” pungkasnya. (ung/abe)