Universitas Palangka Raya Raih Rangking Satu dalam IKU Kategori 7

Universitas Palangka Raya
Wakil Rektor Bidang Akademik Prof Dr Ir Salampak MS saat dibincangi di ruang kerjanya, Kamis (13/1/2022). Foto Maruli

PALANGKA RAYA – Universitas Palangka Raya (UPR) meraih rangking pertama dalam IKU Kategori 7. Itu yang menjadi salah satu bentuk pencapaian setiap perguruan tinggi, terhadap implementasi program Merdeka Belajar atau dikenal dengan MBKM.

Saat dibincangi, Rektor UPR Dr Andrie Elia melalui Wakil Rektor Bidang Akademik Prof Dr Ir Salampak MS menyampaikan, delapan indikator tersebut yakni lulusan mendapat pekerjaan layak, mahasiswa mendapat pengalaman di luar kampus, dosen berkegiatan di luar kampus, praktisi mengajar di dalam kampus, pemanfaatan hasil kerja dosen, program studi bekerjasama dengan mitra kelas dunia, kelas yang kolaboratif dan partisipatif dan program studi berstandar Internasional.

“Tahun kemarin UPR mendapat rangking satu dalam IKU Kategori tujuh, yakni kelas yang kolaboratif dan partisipatif. Kedepannya kita akan targetkan dalam kategori IKU lainnya,” ucapnya saat dibincangi di ruang kerjanya, Kamis (13/1/2022).

Lanjutnya, kategori IKU kelas yang kolaboratif dan partisipatif atau IKU 7, yakni terbentuknya kelas yang kolaboratif dan partisipatif, sehingga tidak lagi fokus utamanya adalah dosen.

“Mahasiswa di dalam program Kampus Merdeka akan ikut terlibat dalam membangun suasana kelas. Demi mendukung terciptanya pembelajaran yang efektif dan sesuai standar baru dari Kemendikbud,” katanya.

Dalam kategori ini, UPR dinilai berhasil dalam pelaksanannya dalam proses perkuliahan. Yakni mahasiswa ikut aktif dalam mengisi kelas.

“Misalnya lebih aktif bertanya dan lebih aktif dalam mencari referensi pembelajaran. Keaktifan mereka akan mendorong setiap mahasiswa belajar secara mandiri. Hasilnya tentu lebih efektif, karena mereka terbiasa untuk berusaha memahami materi sebaik mungkin,” jelasnya.

Disampaikannya, melalui program Kampus Merdeka, diharapkan penerapan kelas kolaboratif dan partisipatif ini lebih banyak menekankan kegiatan praktek. Sehingga kelas akan didominasi oleh evaluasi berbasis proyek dan metode studi kasus.

Ditekankannya, dalam mategorui ini, posisi dosen akan lebih sebagai pemberi motivasi dan arahan kepada mahasiswa  untuk kreatif dalam bekerjasama.

“Karena saat ini materi kuliah bisa diambil di internet. Jadi fokusnya lebih kepada bagaimana mahasiswa tersebut mengembangkan kemampuannya, keaktifannya, skill berbicara, menerima masukan dan menyelesaikan kasus yang dihadapi. Kuncinya, bagaimana mahasiswa berpikir kreatif dalam menyelesaikan masalah,” ujarnya.

Lanjutnya, proses tersebut akan menilai kill, komunikasi, ketangkasan, mencari solusi, menerima masukan mahasiswa tersebut. Pasalnya, kelebihan tersebut yang saat ini diperlukan dalam dunia usaha.

“Kedepannya, pak rektor menyampaikan, kepada kita seluruh jajaran petinggi rektorat hingga tingkat kabupaten dan satuan kerja terbawah, untuk mempertahankan hal tersebut. Selain itu mencapai program IKU yang lainnya,” ungkapnya.

Dirinya juga menyampaikan, Indikator Kinerja Utama atau IKU ini, kemudian juga menentukan apakah suatu perguruan tinggi bisa mendapatkan bonus insentif kerja sebesar Rp 500 miliar. (rul/abe)