Hutan Gundul, Pemerintah Diminta Tinjau Kembali Perizinan PBS

hutan gundul
Anggota DPRD Gumas, Untung J Bangas, menyampaikan pandangan umumnya di rapat paripurna dewan, belum lama ini. Foto: sepanya.

KUALA KURUN –  Walaupun hanya dilanda hujan dengan intensitas sedang. Namun, debit air berada di Sungai Kahayan, Sungai Miri, Hamputung, Rungan dan Manuhing, mengalami kenaikan yang cepat. Pasalnya, banyak hutan gundul alias pohon penyangga telah ditebang.

Anggota DPRD Gunung Mas (Gumas), Untung J Bangas, mengatakan dengan hilangnya penyangga hutan maka, berdampak terhadap sungai yang menyebabkan air meluap. Sehingga, mengenangi rumah-rumah warga yang berada di bantaran sungai.

Karena hal itu, kata dia, menjadi pemicu banjir sehingga merugikan warga, karena mereka banyak kehilangan harta benda dan perlu tenaga untuk membersihkan rumah akibat banjir.

“Banjir yang sering terjadi ini disebabkan oleh banyaknya hutan di daerah hulu yang merupakan penyangga dan sebagai penahan serapan air, dan beralih fungsi menjadi lahan perkebunan sawit dan lahan pertambangan. Maka pemerintah harus tinjau ulang IPK dari PBS itu,” kata Untung Jaya Bangas, Kamis (9/12/2021).

Kendati kejadian seperti ini tidak semakin memburuk lanjut politisi dari Partai Demokrat ini, meminta kepada pemerintah kabupaten dan provinsi untuk meninjau ulang izin perusahaan besar swasta (PBS) yang berada di daerah hulu seperti, Kecamatan Kahayan Hulu Utara (Kahut), Damang Batu, dan Miri Manasa.

“Pemerintah harus ada kebijakan, jangan sampai daerah kita dikuasai oleh perusahan, sehingga lama kelamaan masyarakat yang mengalami kesengsaraan akibat hutan yang gundul,” ujarnya.

Selain itu, jelasnya, pemerintah juga harus melakukan penataan ulang kelestarian dan menjaga ekosistem hutan khususnya di Bumi Habangkalan Penyang Karuhei Tatau ini, sehingga bencana banjir tidak terjadi seperti yang sudah dialami.

Kemudian, tambah Untung, dengan adanya invasi perusahaan yang membuka hutan untuk perkebunan sawit mengakibatkan hutan sudah tidak berfungsi dengan selayaknya, karena habis dibabat. Sehingga, tidak ada lagi yang peran sebagai penahan dan serapan air, selain itu katanya, tidak jarang sungai pun ditimbun, sehingga ekosistem alam berubah.

“Kurangnya hutan kita maka, saat hujan turun sehingga langsung ke dataran yang lebih rendah melalui sungai-sungai besar seperti Miri, Pasangon, Hamputung, Kahayan, Manuhing dan Rungan tidak bisa menampung volume air, akibatnya terjadi banjir,” pungkas dia. (nya/cen)

BACA JUGA : Evandi: Kalau Pemerintah Tidak Berani Cabut AMDAL PBS, Ada Apa dan Kenapa?