Waspada Kejahatan Seksual Terhadap Anak dengan Modus Game Online

game online
Satgas PPA Provinsi Kalteng, Widiya Kumala Wati.

PALANGKA RAYA –  Bermain game online saat sedang jenuh atau di waktu luang memang sangat menyenangkan. Namun, perlu diketahui bahwa game online juga bisa berefek negatif bagi seseorang khususnya anak-anak.

Aktivis Anak dari Satgas PPA Provinsi Kalteng, Widiya Kumala Wati, menjelaskan ada beberapa dampak psikologis dari kebiasaan bermain game online.

Menurut wanita yang akrab dipanggil Yaya ini, dampak dari sebuah game online terhadap anak begitu banyak. Salah satunya membuat kecanduan, anak akan fokus dengan game yang ia mainkan sehingga lupa lingkungan sekitarnya.

Bahkan akibat terlalu asyik, tak jarang lupa akan belajar sehingga prestasinya bisa menurun. Dampak paling parahnya ketika sudah terlalu menjiwai dengan game, anak bisa mengalami gangguan kejiwaan (halusinasi).

Akhir-akhir ini, bahkan terdapat modus kejahatan seksual yang dilakukan predator seks. Kasus yang saat ini sedang ditangani oleh Direktorat Tindak Pidana Siber Bareskrim Polri yakni, kasus kejahatan seksual anak melalui game online Free Fire (FF).

Dalam kasus itu, para predator seks menjanjikan diamond dalam game Freefire sebesar uang Rp. 100 ribu, dimana diamond tersebut dapat meningkatkan karakter dalam gamenya. Sebagai gantinya, korban diminta untuk mengirimkan foto atau video porno kepada pelaku.

“Nah kenapa game online bisa menjadi media bagi predator, karena game ini banyak disukai anak-anak, gamenya yang menantang sehingga menimbulkan rasa tertantang dari si anak,” kata Yaya.

Hal itulah yang kemudian dimanfaatkan oleh si predator seks. Pada saat anak sudah kecanduan dengan game, pelaku kejahatan melakukan pendekatan ke anak, sehingga dengan mudahnya anak akan terjerat dan pelaku melakukan aksinya

Oleh karena itu, peran orang tua begitu penting agar lebih mengawasi dan membimbing anak-anaknya dalam menggunakan gadget.

Tidak hanya game online, tetapi juga media sosial perlu dipantau. Dimaana  medsos  bisa menjerat anak-anak menjadi korban pelecehan seksual bahkan tindak pidana orang, sehingga perlu dampingan orang tua untuk mengedukasi putera puterinya apa segi positif dan negatifnya teknologi.

“Jangan hanya bisa menyalahkan kecanggihan dari sebuah teknologi saja, tetapi juga dapat merubah pola asuh orang tua terhadap anak-anak,” tuturnya.

Yaya menambahkan, orang tua harus mendampingi anak saat bermain game ataupun saat berselancar didunia maya.

“Lakukan pendekatan, ajak anak bercerita apa yang dia lakukan di media sosialnya, bermain game apa. Orang tua juga harus lebih berperan terhadap putra-putrinya,” tandasnya. (rdo/cen)